News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Ramadan di Paris, Menggali Dimensi Rohaniah di Tengah Ritus Kehidupan Bangsa Eropa

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Eddie Karsito

Namun hal ini menjadi ‘uji nyali’ bagi muslim yang sedang berpuasa di bulan suci Ramadan. Apalagi rentang waktu berpuasa di Paris atau di Negara-Negara Eropa lainnya hingga 21 jam. Jauh lebih lama dibanding di Indonesia yang hanya 13 jam. Lamanya berpuasa mengacu pada peredaran matahari yang memengaruhi lamanya putaran waktu siang ketimbang malam.

Konon ada sekitar 5-10% populasi muslim di Perancis, namun tak membangun atmosfir kultur keislaman di kota Paris. Apalagi dapat menjemput berkah lailatul qadar sepuluh malam terakhir di bulan suci Ramadan. Bulan suci Ramadan di kota ini tak ada bedanya dengan bulan-bulan lainnya. Tetapi inilah budaya kota dengan wajah hedonism; the pursuit of pleasure; sensual self-indulgence, dengan surga dunianya.

Melaksanakan ibadah puasa di kota Paris, sekaligus dapat merasakan dan menghayati bagaimana rasanya menjadi kaum minoritas. Saya merasa hanyalah noktah; sel-sel kecil dari pusaran manusia dengan berbagai latar belakang peradaban. Pengalaman ini setidaknya menjadi kajian menarik bagi saya, tentang perubahan paradigma khalayak terhadap keyakinan seseorang.

Pergi ke Paris, bagi saya adalah ibadah yang menggali dimensi rohaniah dan ritus kehidupan. Banyak mengajarkan kepada saya bagaimana menjadi Islam yang toleran dan tidak memaksakan kehendak. Menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah, serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.

Di kota Paris, saya akhirnya banyak belajar tentang sabar. Sabar menahan pandangan. Bersikap ‘iffah,’ ; menahan diri dari syahwat perut dan kemaluan. Menurut orangtua saya; sabar lan nrimo, sumarah marang Gusti (sabar dan merima, serta pasrah kepada Tuhan), seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan. Sabar dapat menjaga konsistensi menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Barokallahu. Salamun qoulam mirrobbirrohiim.

Saya ucapkan Selamat Idul Fitri, 1 Syawal 1439 H/15 Juni 2018. Mohon Maaf Lahir dan Batin.

* Eddie Karsito adalah Wartawan, Penggiat Budaya, Aktor Film dan Sinetron Indonesia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini