Saat itu, tak sedikit jendral yang didekati dan 'disupport' lahir dan batin dari para cukong. Meski tentu tidak semua, satu di antaranya Kang Drajat.
Nah, si akang bukan type seperti itu. Bahkan ada anekdot yang beredar di kalangan wartawan peliput ABRI, di era si Akang menjadi Kapuspenlah 'kesejehteraan' wartawan melorot. "Songki-songki (kosong-kosong) aja nih!" sindir mereka.
Si Akang hanya tersenyum "Saya gak punya sumbernya," tukasnya ketika saya tanya mengapa demikian.
Ya, si akang memang tidak dekat dengan para cukong. Tapi, jangan tanya soal pemberitaan. Media-media tetap mau memberitakan karena peran si akang dalam bergaul dengan para wartawan juga sangat enak.
Biasanya untuk membuat jembatan akrab, si Akang selalu cerita soal namanya yang hanya satu kata Sudrajat.
"Waktu saya sekolah di Amerika, profesor saya berulang kali bertanya. "Are your sure only Sudrajat?" kenangnya.
"Karena dianggap aneh menurut sang profesor, maka tiba-tiba saya memperoleh kertas kerja dengan nama Nn. Sudrajat, " tambahnya.
Si Akang lalu bertanya mengapa ada Nn di depan namanya dan apa kepanjangan Nn itu. "Nn is No name," jawab si profesor.
Biasanya orang langsung tertawa, apa lagi gaya ceritanya cukup lucu dan bahasa Indonesianya kental dengan bahasa sunda.
Hidup Hanya Sebentar
"Hidup hanya sebentar, berat pertanggungjawabannya nanti," katanya tanpa berusaha memberi nasehat.
Tak heran jika Kang Drajat kini hidup biasa-biasa saja. Jauh dari kesan mewah, padahal tidak sedikit jendral purnawirawan masih hidup dengan kemewahan.
Jadi, insyaa Allah, jika Allah memberi kepercayaan untuk menjadi gubernur di Jabar, si Akang akan amanah. Dulu saja saat masih relatif muda, saat ABRI masih penuh kuasa, si Akang bisa menghindari para cukong, apalagi sekarang usianya sudah semakin menua.
Ya, sebagai warga Jabar, saya tinggal di Cinere, Depok, sungguh saya berharap propinsi dengan penduduk terbesar di tanah air, dapat pemimpin yang bukan tergolong orang munafik.