Oleh: M.Nigara
"AUF WIEDERSCHEN (selamat tinggal) Joachim Low" .
Kalimat singkat itu rasanya akan segera diucapkan oleh Reinhard Grindel, Presiden DBF (Deutscher Futbaal Bund atau German Football Federation) begitu sang pelatih Jerman itu mendarat di Frankfurt, Jerman setelah dipermalukan Korea Selatan dalam laga terakhir grup F, Piala Dunia 2018, Rusia.
Pemecatan terhadap Low itu tampaknya akan dilakukan untuk meredam kemarahan rakyat Jerman. Low bukan hanya gagal mempertahankan gelar juara dunia yang diraih di Brasil tahun 2014, tapi Low juga telah mempermalukan Jerman secara menyakitkan.
Bukan soal kalah, tapi kalah dari Korsel 2-0 sungguh tidak bisa diterima. Jerman yang tinggal memetik satu poin dari hasil seri saja untuk melaju ke 16 besar, malah terpuruk.
Korsel sendiri sama sekali tidak punya harapan apapun untuk melanjutkan langkahnya di tahun ke-38 (berturut-turut) partisipasinya di piala dunia, Rusia.
Dua kali kalah 1-0 dan 2-1 masing-masing dari Swedia serta Meksiko membuat Korsel harus pulang lebih cepat. Tapi, sisa laga vs Jerman yang memaksa mereka harus bertahan.
Jerman sendiri meski di laga awal kalah 1-0 dari Meksiko, bisa bangkit di laga kedua. Toni Kroos, gelandang Real Madrid yang dipercaya menjadi kapten, memimpin kebangkitan timnya saat menghajar Swedia 2-1. Loew yang mampu membalikan kecemasan fans Der Panzer saat sukses di Piala Konfederasi.
Sebelumnya Low dituding ngawur saat mencoret pemain-pemain senior dan justru memberi porsi pada bintang-bintang muda, diyakini akan mampu membawa Jerman kembali berjaya.
Sebanyak 43 dari 147 analis dari manca negara sebagaimana dilansir Reuters, meyakini Jerman akan kembali berjaya. Para analis yakin Jerman mampu mempertahankan tropy piala dunia yang mereka rebut di Brasil.
Memalukan
Tampil di Stadion Kazan Arena yang indah karena dilengkapi Mesjid, menjadi saksi kehancuran Jerman. Sejak menit pertama dalam laga terakhir (27/6) malam waktu Indonesia, Kroos, Mesut Ozil, Sami Keidra, Timo Werner langsung menggedor pertahanan Korsel.
Gempuran yang dicatat sebanyak 75 persen itu, ternyata tak mampu membuka negatif football tim asuhan Tae Yong Shin, mantan pemain nasional Korsel dan belum sekali pun tampil di piala dunia meski sejak 1986 negara tak pernah absen di pesta dunia itu (menurut catatan wikipedia).
Bukan hanya pemain yang tampak putus asa, Loew yang selalu berdiri di sisi lapangan juga terlihat tak mampu berbuat banyak. Ini mengingatkan saya pada laga semifinal Piala Dunia 2014, Brazil. Keputusasaan juga tampak amat kuat di wajah Luiz Felipe Scolari, sang arsitek tim tuan rumah.