TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Makanan tradisional yang satu ini memang menjadi makanan favorit kebanyakan orang Indonesia. Meski harganya terbilang murah, tempe mengandung protein yang baik untuk tubuh dan mudah dicerna oleh tubuh. Namun, sayangnya makanan yang berbahan dasar kacang kedelai ini memiliki kelemahan yakni umur simpannya yang relatif singkat hanya 1 sampai 2 hari saja.
Melihat kondisi seperti itu, mahasiswa Universitas Jember menemukan sebuah metode yang dapat membuat umur simpan tempe menjadi lebih panjang. Mereka adalah Ita Jeny Trisnawati, Muhammad Abdul Halim, dan Nanda Rizky Fitrian Kanza yang tergabung dalam kelompok PKM-P (Program Kreativitas Mahasiswa, Penelitian) dibawah bimbingan Dr Sudarti MKes.
Mereka mengadakan suatu penelitian tentang Radiasi Medan Magnet Extremely Low Frequency (ELF) pada tempe. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan intensitas radiasi dan lama paparan medan magnet ELF yang cocok digunakan pada tempe.
Teknologi Medan Magnet merupakan salah satu metode pengwetan non termal (tidak menyebabkan panas yang tinggi) dengan proses pemberian medan magnet, sehingga tidak terjadi kehilangan atau kerusakan nutrisi pada bahan.
Sehingga proses pengawetan pada teknologi ini dapat diaplikasikan pada pengawetan makanan. Teknologi medan magnet memanfaatkan medan magnet yang ditimbulkan oleh arus yang masuk pada kumparan untuk mematikan mikroba pada makanan. Dengan adanya paparan medan magnet dapat memperbaiki kualitas serta memperpanjang umur simpan bahan pangan. Radiasi medan magnet ELF bersifat non toxic atau tidak beracun sehingga aman digunakan atau dikonsumsi.
Karena tempe tidak dapat disimpan terlalu lama, penjual tempe tidak dapat mendistribusikan secara luas dan rugi ketika tempe busuk. Oleh karena itu, kami mencoba untuk meningkatkan umur simpan tempe dengan teknologi medan magnet yang biasa juga dilakukan pada pengawetan buah segar dan bahan pangan, pemaparan radiasi medan magnet ELF yang kami lakukan menggunakan tempe yang dibungkus plastik agar tetap steril.
Inovasi teknologi medan magnet pada tempe dilakukan menggunakan energi yang di transfer secara khusus dari medan magnet ke ion-ion sel yang mengandung karbohidrat, protein, dan garam-garam seperti Mg2+ dan Ca2+.
Perpindahan energi ke ion menghasilkan peningkatan kecepatan serta aliran ion seperti Ca2+ melewati membran sel. Ion-ion membawa efek medan magnet dari daerah interaksi ke organ lainnya dan akan merusak protein dalam sel. Rusaknya protein dalam sel dapat mengakibatkan terhambatnya proses metabolisme sel, sehingga menyebabkan kematian sel. Tujuannya agar mikroba pembusuk pada tempe dapat dihambat jumlahnya dan dapat meningkatkan umur simpan tempe.
Perlakuannya adalah tempe kontrol (tanpa pemaparan radiasi medan magnet ELF), perlakuan tempe dengan intensitas medan magnet ELF 700 μT dan 900 μT dengan lama pemaparan masing-masing 20, 40, dan 60 menit.
Hal pertama yang dilakukan adalah kedelai yang sudah diberi ragi, dibungkus dengan plastik kemudian 4 jam setelah peragian tempe dipapar dengan medan magnet.
Hasilnya positif. Tempe yang dipapar dengan radiasi medan magnet ELF lebih tahan lama daripada tempe kontrol. Berdasarkan hasil pengamatan, tempe yang tidak dipapar medan magnet ELF tahan 2-3 hari sedangkan tempe yang dipapar masih cukup bagus hingga hari ke-8. Dihari ke-9 penampakan tempe masih bagus tapi dari segi bau sudah agak membusuk.
Data yang mereka dapat, intensitas radiasi dan lama paparan medan magnet ELF yang terbaik adalah sebesar 700 μT dengan lama paparan 40 menit.