News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Pencemaran Limbah di Citarum Mengkhawatirkan, Ini Solusinya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas menggunakan alat berat beko membersihkan hamparan sampah di aliran Sungai Citarum yang tertahan di Jembatan Cijagra, Kampung Cijagra, RW 10, Desa/Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Kamis (2/3/2018). Sampah tersebut dibersihkan dan diangkut puluhan truk. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Dampak dari pembuangan limbah berbahaya ini jelas akan sangat merugikan bagi kehidupan bagi masyarakat, mulai dari mencium bau yang tidak sedap hingga merusak kualitas pada sektor pertanian di sekitar Citarum.

Sumber air untuk sawah ini berasal dari aliran anak sungai Citarum dan sungai Citarum itu sendiri.

Beberapa masyarakat sekitar sungai juga merasakan dampak langsung seperti penyakit kulit dan penyakit pernapasan karena zat yang terhirup ke pernapasan masyarakat.

Bahkan di sebuah desa di daerah Dayeuh Kolot, Bandung sebagian besar anak kecil disana mengalami gangguan mental seperti autis.

Memang belum ada penelitian lebih lanjut dari dampak limbah ke perubahan genetika manusia, namun tidak menampik kemungkinan ini juga merupakan buah dari masyarakat yang kehidupannya dekat dengan DAS Citarum.

Pada tahun 2016 menurut  Greenpeace (sebuah organisasi independent yang bergerak dalam aksi lingkungan) dampak kerugian ekonomi dari tercemarnya sungai Citarum selama bertahun-tahun dengan pendekatan total economic valuation (tanpa mengikut sertakan biaya abai baku mutu) adalah sebesar Rp. 11.385.847.532.188 (± 11,4 Triliun).

Dari hasil surveidalam laporan tersebut juga terungkap bahwa 77,67% warga berpendapat bahwa terjadi penurunan kualitas air setelah pabrik berdiri dan 88,35% warga terpaksa membeli air untuk sumber air minum akibat memburuknya kualitas air tersebut.

Nilai kerugian ekonomi akibat pencemaran bahan berbahaya industri di salah satu aliran anak Sungai Citarum tersebut mencerminkan lemahnya pengawasan dan penegakan hukum serta tidak efektifnya regulasi pemerintah Indonesia dalam mencegah meluasnya pencemaran bahan kimia B3 industri ke dalam lingkungan.

Baca: Asap Kebakaran di Pelabuhan Benoa Tak Mengganggu Aktivitas Penerbangan di Bandara Ngurah Rai

Seperti pada kasus di Rancaekek, Bandung, ini dapat dijadikan sebuah potret pembuangan bahan kimia B3 yang masif serta tertutup ke sungai-sungai dan lingkungan Indonesia.

Ini juga mencerminkan betapa mudahnya industri untuk mencemari dan lari dari tanggung jawabnya. Peran pemerintah Indonesia sangat penting dan harus menjamin keselamatan serta kesehatan warganya untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang dari ancaman bahaya B3 dengan membawa Indonesia menuju bebas dari pembuangan limbah B3 ke alam bebas.

Solusi

Dalam membenahi limbah industri membutuhkan peran realistis pemerintah dalam memangkas beban pencemaran Citarum.

Untuk membenahi tata kelola limbah industri ini, ada beberapa yang harus diperbaiki oleh pemerintah.

Pemerintah harus melakukan audit lingkungan secara menyeluruh terhadap DAS Citarum untuk mengetahui sumber-sumber pencemar beserta kontribusinya, serta kewajiban-kewajiban pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang belum dilakukan.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini