Menggunakan ketokohan para ulama untuk ikut membantu komunikasi politik dengan PAN dan Demokrat. Ini langkah yang lebih rasional. Meski tanpa Demokrat dan PAN pun, Gerindra-PKS sudah cukup quota untuk mengusung pasangan capres-cawapres.
Kuncinya satu: Prabowo bisa terima Habib Salim sebagai cawapres. Yakin akan bisa menang ketika berdampingan dengan Habib Salim. Jika tidak? Meninggalkan PKS dan ulama tergolong langkah nekat bagi Prabowo dan Gerindra. Ini malah berpotensi jadi musibah.
Jika Prabowo tak bisa terima rekomendasi ulama, justru mundur akan menjadi langkah terbaik bagi Prabowo, dari pada nekat maju tanpa dukungan para ulama.
Mundur, berarti Prabowo telah menunaikan janjinya "Siap mundur jika ada calon yang lebih baik".
Ini bagian dari komitmen Prabowo kepada para ulama. Lalu, Prabowo tunjuk satu tokoh untuk menggantikan dirinya sebagai capres. Yang harus dipertimbangkan, tokoh itu mesti bisa diterima PKS, PAN, Demokrat dan ulama.
Dan Prabowo naik posisi jadi King Maker. Jauh lebih terhormat. Dengan begitu, dilema berakhir. Ijtima' Ulama jadi berkah, bukan musibah.
Jakarta, 31/7/2018