News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Ijtima' Ulama, Antara Berkah dan Musibah!

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berikan sambutan dalam forum Ijtima Ulama, di Hotel Menara Peninsula, Slipi, Jakarta Barat, Jumat (27/7/2018).

Menggunakan ketokohan para ulama untuk ikut membantu komunikasi politik dengan PAN dan Demokrat. Ini langkah yang lebih rasional. Meski tanpa Demokrat dan PAN pun, Gerindra-PKS sudah cukup quota untuk mengusung pasangan capres-cawapres.

Kuncinya satu: Prabowo bisa terima Habib Salim sebagai cawapres. Yakin akan bisa menang ketika berdampingan dengan Habib Salim. Jika tidak? Meninggalkan PKS dan ulama tergolong langkah nekat bagi Prabowo dan Gerindra. Ini malah berpotensi jadi musibah.

Jika Prabowo tak bisa terima rekomendasi ulama, justru mundur akan menjadi langkah terbaik bagi Prabowo, dari pada nekat maju tanpa dukungan para ulama.

Mundur, berarti Prabowo telah menunaikan janjinya "Siap mundur jika ada calon yang lebih baik".

Ini bagian dari komitmen Prabowo kepada para ulama. Lalu, Prabowo tunjuk satu tokoh untuk menggantikan dirinya sebagai capres. Yang harus dipertimbangkan, tokoh itu mesti bisa diterima PKS, PAN, Demokrat dan ulama.

Dan Prabowo naik posisi jadi King Maker. Jauh lebih terhormat. Dengan begitu, dilema berakhir. Ijtima' Ulama jadi berkah, bukan musibah.

Jakarta, 31/7/2018

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini