TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - tu tepat sekali. Sangat tepat. Sayangnya, banyak orang tua yang tidak menyadari perkembangan anak itu juga dipengaruhi oleh faktor dari luar lho. Dan ini yang banyak orang tua sepelekan.
Contohnya saja orang tua membiarkan anak bermain sendiri. Ini jelas salah loh. Anak usia 1 tahun butuh perhatian orang tua sehingga ikatan antara anak dan orang tua semakin kuat.
Banyak hal sepele dilakukan sehingga perkembangan balita usia 1 tahun tidak maksimal. Padahal, pada usia inilah tumbuh kembang anak begitu signifikan. Mungkin bunda pernah dengar istilah golden age.
Yaps inilah masa emas anak ketika usianya 1-3 tahun. Pada usia tersebut, perkembangan sel otak anak begitu cepat. Dan dibutuhkan stimulus agar sel otak tersebut terus berkembang.
Sayangnya tanpa disadari orang tua menghambat perkembangan balita usia 1 tahun. Berikut ini 5 kesalahan yang menghambat perkembangan balita.
Nonton Youtube
Sulit sekali bagi orang tua sekarang untuk menjauhkan anak dari smartphone. Apalagi bunda sering sekali bermain smartphone ketika bersama dengan sang buah hati. Itu artinya secara tidak langsung bunda mengenalkan anak dengan smartphone.
Awalnya anak akan tahu dan mulai mencoba untuk memegang smartphone. Lambat laun ia mengerti bahwa ada hal menarik di smartphone seperti video di Youtube.
Ada juga lho orang tua yang justru mengenalkan Youtube dengan alasan agar anak diam, tidak rewel. Jadi, menonton Youtube menjadi obat ketika anak rewel.
Tahukah bunda apa akibatnya? Banyak kasus anak mengalami speech delay disebabkan balita terlalu sering menonton Youtube. Seperti yang Anda ketahui, balita usia 1 tahun seharusnya sudah bisa mengatakan satu atau dua patah kata, bukan? Dan ada balita 1 tahun yang belum bisa bicara.
Apa hubungannya? Sekilas tidak ada hubungannya. Namun, menurut pakar perkembangan anak, balita yang sering menonton video Youtube tidak mendapatkan pengalaman untuk melakukan interaksi. Semakin berbahaya jika orang tua pun jarang mengajak anak untuk berbicara.
Kemampuan bicara balita itu akan terus berkembang seiring dengan tingginya frekuensi bunda mengajaknya berbicara. Ada interaksi dua arah. Beda dengan ketika balita menonton video di mana hanya ada interaksi satu arah saja.
Baby Walker
Balita juga seharusnya sudah mulai belajar berjalan. Bahkan, tidak sedikit bayi usia 11-12 bulan yang sudah mulai berdiri dan melangkah satu atau dua langkah. Sayangnya, ada kabar buruk juga. Beberapa balita yang usianya sudah mencapai 1,5 tahun dan bahkan 2 tahun belum bisa berjalan.
Apakah ini artinya anak tersebut kekurangan nutrisi? Jika anak sudah diberi susu anak 1 tahun yang terbaik, sepertinya tidak mungkin anak tersebut kekurangan nutrisi.
Dan lebih disayangkan lagi ketika orang tua justru membelikan baby walker. Alih-alih agar anak bisa cepat berjalan, justru hasilnya sebaliknya. Bunda harus tahu alat seperti baby walker atau sejenisnya seperti moon walk itu membuat perkembangan tulang, terutama tulang kaki anak tidak berkembang maksimal. Pasalnya, selama masa latihan berjalan, tubuh disangga oleh alat, bukan tulang sendiri yang mencoba untuk menyangga tubuh anak sendiri.
Maka dari itu, jika bunda berniat untuk membelikan baby walker, sebaiknya jangan. Akan lebih baik jika uang tersebut bunda gunakan untuk mengajak anak jalan-jalan ke taman bermain setiap weekend. Biarkan ia berdiri dan berjalan dengan kaki telanjang.
Pakai Sepatu
Ini juga terkait dengan perkembangan balita ketika ia mulai belajar berjalan. Awalnya, sebaiknya jangan pakaikan sepatu. Biarkan ia berjalan dengan kaki telanjang agar kaki langsung menapak ke lantai. Akan lebih baik jika bunda mengajak anak berjalan di jenis lantai yang berbeda. Jangan hanya di atas keramik tapi ajak juga anak untuk berjalan-jalan di atas rumput.
Minum Susu Pakai Dot
Bunda sudah pilihkan susu pertumbuhan anak yang terbaik. Tapi, jangan biarkan anak minum susu dari dot ya. Akan lebih baik jika bunda dari awal mengajarkan minum susu pakai gelas. Pasalnya, sekali bunda biasakan anak minum pakai dot, maka sulit sekali bagi anak untuk lepas dari dot.
Pakai Popok
Dulu sebelum ada popok bayi yang bisa menyerap air kencing, orang tua tidak resah. Beda dengan sekarang. Orang tua tidak mau repot harus membersihkan lantai setiap kali anak buang air kecil di celana.
Mana yang bunda pilih? Sebaiknya pilih seperti orang tua dulu lakukan. Untuk saat ini, mungkin bunda akan repot karena setiap kali anak kencing di celana, bunda harus membersihkan lantai. Tapi, ini tidak lama. Paling hanya beberapa bulan. Bunda bisa memberitahukan agar anak mau bilang atau setidaknya memberikan kode jika anak mau buang air kecil.
Berbeda jika semenjak bayi bunda pakaikan popok. Anak terbiasa pipis di popok dan ini akan terus terjadi hingga anak dewasa. Sulit sekali bagi bunda untuk mengajarkan toilet training meskipun usianya sudah di atas 3 tahun.
Jadi pilih yang mana?
Sebagai orang tua, bunda harus lebih banyak belajar tentang bagaimana memaksimalkan perkembangan anak. Yang pasti, ada dua faktor yang berpengaruh, faktor internal berupa nutrisi dari makanan dan juga susu pertumbuhan anak dan juga faktor eksternal berupa stimulus serta cara bunda dalam mendidik anak.