Akankah PSSI terkena semacam kutukan Mpu Gandring? Kita tidak tahu pasti. Yang jelas, hingga menjelang usianya yang ke-89, dilahirkan di Yogyakarta pada 19 April 1930, PSSI tak kunjung mampu unjuk prestasi baik di tingkat Asia Tenggara, Asia, apalagi di tingkat dunia. Para pengurus PSSI terkesan lebih sibuk bertarung memperebutkan kekuasaan daripada memajukan prestasi sepak bola nasional.
Akankah Jokdri diadang Brutus-Brutus baru melalui mosi tidak percaya? Kita tidak tahu pasti. Yang jelas, dengan diperiksanya Jokdri oleh Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola sebagai saksi perkara suap match fixing atau skandal pengaturan skor pertandingan sepak bola, Kamis (24/1/2019), peluang ke arah sana sangat terbuka.
Apalagi, 11 orang, di antaranya pengurus PSSI, telah ditetapkan Satgas Antimafia Bola sebagai tersangka match fixing, antara lain Ketua Umum Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jawa Tengah yang juga anggota Komite Eksekutif PSSI Johar Lin Eng, dan anggota Komite Disiplin PSSI Dwi Irianto alias Mbah Putih.
Hidayat, anggota Komite Eksekutif PSSI yang telah mengundurkan diri karena namanya disebut terlibat match fixing, Rabu (23/1/2019) lalu rumahnya di Surabaya digeledah satgas terkait kasus match fixing.
Dengan dalih para pengurus PSSI, termasuk Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria, banyak tersita waktunya untuk memenuhi panggilan satgas, para voters akan dengan mudah menggulirkan mosi tidak percaya kepada Jokdri dan pengurus PSSI lainnya.
Akankah ini terjadi? Biarlah waktu yang menjawab. Yang jelas, siapa Brutus di balik Edy Rahmayadi hingga kini belum terjawab.
Karyudi Sutajah Putra: Komisioner Komite Perubahan Sepak Bola Nasional (KPSN), Jakarta.