News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Pilpres Ukraina Tanpa Sampah Visual

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bakal calon presiden Ukraina.

Catatan Perjalanan Ukraina Egy Massadiah

TRIBUNNEWS.COM - Ini kali keempat kaki saya menapak di tanah Kiev. Meski tak lagi ada bongkahan es, tapi tiupan angin dingin pergantian musim salju ke musim semi tetap menyepak, membuat tubuh saya rada terhuyung. Dingin di kisaran 5 derajat celcius.

Agung Wibowo asli Boyolali yang menjadi staf khusus dubes RI untuk Ukraina menghambur gembira di mulut pintu kedatangan. Dua buah kardus yang beratnya melebihi 20 kg berisi aneka macam makanan khas: rendang, bebek betutu, apem Pandeglang, buah alpukat serta sejumlah bumbu opor, rawon, sop buntut, sambel, lolos tanpa pemeriksaan yang bertele tele.

Padahal saya sudah berbaik hati dan jujur melewati "red line/jalur merah" sebagai tanda ada barang bawaan yang saya mesti "declare", agar kardus itu diperiksa.

Ketika saya sampaikan bahwa isinya makanan khas Indonesia sang penjaga membiarkan saya berlalu tanpa pertanyaan lagi. Mungkin sang petugas paham bahwa saya sedang mengusung "misi kerinduan" dubes Prof Dr Yuddy Chrisnandi yang kebelet mencicipi makanan Indonesia.

Pilpres Ukraina

Di Wisma Duta di Klinicheskaya 11, Kyiv, sekitar 45 menit dari Bandara Internasional Boryspil, Dubes Prof Dr Yuddy Chrisnandi menyambut hangat. Hari itu, Jumat 8 Maret 2019 adalah libur nasional warga Ukraina yang merayakan Womens Day.

Sambil menyeruput kopi Mandailing di teras Wisma, Yuddy bercerita tentang kebijakannya sejak menjadi dubes: jika libur tanggal merah negara Ukraina maka semua pegawai berkebangsaan Ukraina boleh libur.

Namun jika tanggal merah atau libur nasional versi Indonesia maka semua lokal staf berkebangsaan Ukraina tetap masuk kantor. Pegawai serta diplomat pemegang pasport Indonesia dipersilahkan libur mengikuti aturan di tanah air.

"Hari ini orang Ukraina memberikan penghormatan kepada kaum perempuan. Para laki laki wajib memanjakan istrinya, memasak, membersihkan rumah dan memberikan hadiah," seloroh Yuddy berkelakar.

Yuddy kemudian bercerita tentang cuaca dan aroma politik di Ukraina. Pemilihan presiden Ukraina akan berlangsung pada akhir Maret ini. Setidaknya lebih 40 capres yang berkompetisi, termasuk petahana Petro Poroshenko, presiden saat ini yang mulai menjabat 7 Juni 2014.

Karena kandidatnya banyak, diprediksi pilpres berlangsung dua putaran. Adapun siklus pilpres di Ukraina 5 tahunan seperti di Indonesia.

Tanpa Sampah Visual

Tapi yang menarik, sepanjang jalan dan di semua sudut kota saya tidak menemukan "sampah visual": baliho kampanye sang kandidat yang dipasang serampangan. Semua poster, alat peraga kampanye terpampang tertib pada papan billboard permanen.

Tak satupun poster, baliho menggunakan bambu atau kayu yang sifatnya sementara sebagaimana kerap kita jumpai di tanah air. Apalagi memakai tali pengikat ala kadarnya dengan posisi miring. Tak ada baliho yang terhuyung oleh angin atau pun tercabik akibat tangan jahil.

Di tempat tempat umum, di tiang tiang listrik saya juga tak menemukan gambar sang kandidat presiden mengotori wajah kota atau di pagar taman taman.

Semua terkordinir dan terorganisasi dengan apik bersanding dengan iklan iklan komersil lainnya. Sepanjang jalan jalan utama baliho kandidat kokoh dengan penyangga besi sebagaimana billboard produk komersial umumnya. Rata rata ukurannya melebihi 10 x 5 meter.

Tapi tunggu dulu. Pengamatan saya ini hanya berlangsung di ibukota Kiev. Saya tidak blusukan ke desa desa. Tentu saya tidak tahu nasib "sampah visual" di dapil kampung kampung di belahan Ukraina lainnya, sekiranya ada. Semoga saja juga kinclong dari sampah visual.

Saya teringat pernyataan Inisiator Reresik Sampah Visual dan Dosen Komunikasi Visual FSR ISI Yogyakarta, Dr Sumbo Tinarbuko. Ketika pemilu legislatif 2014 ia menyoroti sampah visual caleg yang mengotori wajah kota, melukai batang pohon dan melahirkan "polusi pemandangan".

Sang Aktor

Yang menarik dari pilpres Ukraina kali ini adalah kehadiran seorang aktor komedi terkenal Ukraina yang berperan sebagai presiden dalam sebuah serial televisi. Volodymyr Zelensky menjadi calon presiden populer, menyetarai petahana, Petro Poroshenko.

Zelensky, 40 tahun, semakin dikenal sejak perannya sebagai seorang pemimpin negara dalam serial sitkom berjudul "Sluga Narodu" yang berarti "Pelayan Rakyat".

Alasan Zelensky melangkah ke politik, karena frustasi dengan situasi politik negara dan lambatnya reformasi. Zelensky sama sekali tak memiliki jejak kerja politik maupun di pemerintahan.

Sebagaimana yang dilansir media setempat Petro Poroshenko telah mendeklarasikan pencalonan ulang dirinya pada akhir Januari lalu. Diperkirakan terjadi persaingan sengit antara Poroshenko dan Yulia Tymoshenko sang mantan perdana menteri.

Kepada para pendukungnya di Kyiv, Poroshenko mengemukakan harapannya bahwa Ukraina berusaha keras bergabung dengan Uni Eropa dan NATO, jika dia memenangkan pemilu untuk masa jabatan lima tahun kedua sebagai presiden.

"Kita harus menjaga integrasi Ukraina dengan Uni Eropa dan NATO," katanya. ''Kita tidak boleh berhenti setengah jalan.''

Kandidat lain adalah mantan Perdana Menteri Yulia Tymoshenko. Memasuki masa kampanye minggu lalu, Yulia menjanjikan untuk merebut kembali kendali atas semenanjung Krimea yang dicaplok Rusia dan daerah-daerah yang dikuasai separatis di bagian timur.

Isu agama dan rumah ibadah juga tak lepas dari kampanye sang calon. Termasuk memastikan kemandirian gereja Ukraina dari Gereja Ortodoks Rusia.

Perang di Sosmed

Meski tertib dan rapi dalam hal pemasangan baliho, pilpres di Ukraina kali ini tetap hiruk pikuk dan gaduh di ranah sosial media. Prabowo Himawan, orang Indonesia yang merantau ke Ukraina sejak 1994 menggambarkan sosial media pilpres di Ukraina juga saling serang. Kritik para pendukung menjadi santapan rutin.

Ya sebelas dua belas dengan istilah cebong dan kampret di tanah air.

Alan Maulana mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Ekonomi Bisnis di National Aviation University Kyiv, Ukraina berkomentar bahwa suasana pilpres di kampusnya adem ayem saja. Anak muda asal Banten yang sudah 3 tahun bermukim di Kiev berkisah bahwa kawan kawannya di kampus cenderung lebih fokus belajar.

"Saya pernah ngobrol dengan teman ngomongin pilpres di Ukraina. Kawan saya itu cenderung tertutup dan tidak begitu tertarik membahas pilpres di negaranya," ujar Alan yang boleh jadi merupakan satu satunya mahasiswa berkebangsaan Indonesia yang kuliah di Kiev.

Adapun Marina Kirilchuck asli Ukraina yang pernah kuliah di jurusan Master Manajemen Universitas Padjajaran dan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung memprediksi pilpres Ukraina akan berlangsung dalam dua putaran. Menurut Marina kemunculan Volodymyr Zelensky membawa angin segar bagi kalangan yang menginginkan perubahan.

"Zelensky sangat populer di kalangan anak muda, dia berpotensi meraup suara kaum millenials," ungkap Marina yang fasih berbahasa Indonesia.

Tunaikan Janji Kampanye

Ukraina dan Indonesia dua negara yang nyaris bersamaan menentukan dan menetapkan presidennya (31 Maret dan 17 April 2019).

Kita tentunya berharap pilpresnya berlangsung aman, tertib dan juga adil. Siapa pun yang terpilih, di masing masing negara kiranya segera menunaikan janji janji kampanyenya. Bagaimanapun, pilpres semestinya pesta demokrasi yang menggembirakan. Namun kerap menguras energi serta melahirkan faksi permusuhan, mencederai persahabatan sesama dan juga dampak negatif lainnya.

Tapi saya teringat usulan mantan Dubes RI di Ceko Prof Dr Salim Said di ILC tv One, bahwa ada baiknya masa jabatan presiden dibuat sekitar 7 sampai 8 tahun dengan satu kali masa jabatan saja. Artinya dalam setiap konstestasi petahana tak boleh lagi ikut bertanding. Ini akan mereduksi hiruk pikuk karena kandidat yang akan bertarung akan sama posisi "startnya".

Malam ini di Kurma, sebuah restoran khas Georgia, di jantung Kota Kyiv Dubes Yuddy dan HOC Gatot Amrih pun menepati janjinya mentraktir saya.

Kami memesan sup borsch, roti kachapuri, serta sepotong bebek goreng dan ayam panggang, ditemani potongan jagung rebus. Perlahan saya menghunus sambel terasi dari Indonesia yang sudah saya selipkan di kantong jaket.

Tak pelak, lidah kami pun berdansa. Bebek goreng dan ayam panggang sungguh maknyus dengan sambel terasi shacetan. Saat malam menjelang larut dan gerimis tipis mulai turun, makan malam ini kami sudahi.

Tegukan teh herbal dengan sentuhan madu dan jeruk, sebagai penghangat badan saat suhu mendekati 2 derajat celcius melahirkan sensasi yang berbeda. Obrolan pilpres pun kami sudahi.

Selamat malam dari Kiev.

Penulis mantan wartawan, pecinta kuliner dan aktivis teater

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini