News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Pilpres 2019

Jangan Ditanya ke Mana Prabowo Pergi

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sumaryoto Padmodiningrat.

Paling banyak ditangkap pada bulan Mei, yakni 29 orang. Januari ditangkap 4 orang, Februari 1 orang, Maret 20 orang, dan April 14 orang.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen M Iqbal mengatakan, para teroris itu berencana melakukan serangan bom pada 22 Mei 2019, bertepatan dengan batas akhir rekapitulasi Pemilu 2019 oleh KPU.

Iqbal pun mengimbau masyarakat untuk tidak turun ke jalan mengikuti seruan people power agar tidak menjadi korban teror bom.

Sedemikian mencekamkah situasi menjelang pengumuman hasil Pemilu 2019?

Apakah kepergian Prabowo, jika memang benar mantan Komandan Jenderal Kopassus itu pergi ke luar negeri, mengindikasikan kekhawatirannya akan terjadi sesuatu yang tak diinginkan di Tanah Air pada 22 Mei 2019?

Isu kepergian Prabowo ini mengingatkan kita akan kepergian mantan Panglima Kostrad itu ke Jordania pasca-kerusuhan Mei 1998, atau tepatnya pada September 1998, dan akhirnya kembali lagi ke Indonesia pada 2 Januari 2000.

Menurut Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, kepergian Prabowo ke Jordania untuk menghindari fitnah yang begitu kencang di dalam negeri, seperti tudingan sebagai penggerak kerusuhan hingga isu kudeta.

Apakah isu kepergian Prabowo kali ini juga untuk menghindari fitnah, takut dituding sebagai penggerak people power di KPU pada 22 Mei nanti? Kita tidak tahu pasti. Waktulah yang akan menjawab.

Yang jelas, bila ada yang berpendapat peringatan Polri agar masyarakat tidak turun ke jalan karena bisa menjadi korban teror bom sebagai politik teror baru untuk menakut-nakuti rakyat, itu terlalu naif.

Polri memiliki data intelijen, sehingga apa yang disampaikan itu tentulah bukan pepesan kosong belaka.

Jangan sampai nanti kita menyesal karena ada saudara-saudara kita yang menjadi korban.

Lihat apa yang terjadi di Sri Lanka. Pihak intelijen India telah melaporkan adanya ancaman teror ke pihak keamanan Sri Lanka pada 4 April 2019. Namun karena di Sri Lanka sedang terjadi perseteruan politik antara Presiden Maithripala Sirisena dan Perdana Menteri Ranil Wickramesinghe, laporan intelijen tu pun diabaikan.

Akibatnya, bom meledak di sejumlah gereja pada saat ibadah Paskah, 21 April 2019, yang menewaskan 253 orang dan melukai 500 orang lainnya.

Jangan sampai gara-gara ada perseteruan politik antar-elite di Indonesia lalu sinyalemen Polri bahwa akan ada teror bom pada 22 Mei nanti diabaikan.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini