Apa yang menjadi ancaman bagi politik adalah ketika nilai-nilai dasar dikompromikan dengan kepentingan satu golongan. Artinya nilai-nilai dasar diletakkan di bawah kompromi, yang bahayanya, lama-kelamaan hasil-hasil kompromi kepada satu golongan jadi lebih menentukan dari nilai dasar.
Kalau terus-menerus demikian, maka upaya menuju Indonesia yang menjadi lebih baik tidak akan pernah tercapai, karena nilai-nilai dasar diinjak-injak kompromi kepentingan.
Proses Indonesia-yang-menjadi suatu tatanan kenegaraan dan kebangsaan demokratis, yang sekarang ini terus-menerus harus kita upayakan. Salah satu upaya kita adalah dengan mencari pemimpin yang bisa menjadi teladan untuk membawa Indonesia ke arah kemajuan dan kesejahteraan.
Yang pasti, pemimpin bangsa bukan tipe manajer perusahaan, yang dikendalikan seorang investor yang menghitung politik dalam rumus efisiensi untung-rugi. Ia juga bukan bermental spekulan saham, yang mengejar margin keuntungan pada sebuah situasi ekonomi kritis, untuk kemudian hengkang mencari pasar jangka pendek lain.
Baca: TERBARU Hasil Real Count KPU Pilpres 2019 Jokowi vs Prabowo, Senin 20 Mei (17.00) Data Masuk 91,57%
Pemimpin juga bukan pengecer ayat-ayat suci yang menjanjikan surga eksklusif sambil menebar kebencian pada sesama manusia.
Baca: Awalnya Dijerat Pasal Perusakan Korban Mutilasi Malang, Kini Sugeng Kena Pasal Pembunuhan
Pemimpin adalah pemberi arah hidup sebuah bangsa. Ia menanam nilai untuk dituai orang lain, dalam jangka panjang. Pemimpin tidak berkelahi demi dendam politik, melainkan guru yang sabar mengajarkan keadilan dan kemerdekaan.
Kunci Jawaban Soal Esay Mapel PJOK Kelas 8 SMP/MTs Halaman 66, Penilaian BAB 1, Permainan Bola Besar
Kunci Jawaban Soal Esay PJOK Kelas 8 SMP/MTs Halaman 190, Penilaian Bab 4 Seni Beladiri Pencak Silat
Baca: Situng KPU Cegah Kecurangan Pileg 2019
Maka sudah saatnya bangsa Indonesia kembali kepada jalurnya, yakni pengemban amanat cita-cita yang berlandaskan nilai dasar “gagasan bernegara”, suatu cita-cita bagi Indonesia yang menjadi rumah bagi semua warga Indonesia, rumah yang nyaman untuk didiami, rumah yang menghidupi. Bukan yang menyingkirkan.
Bukan yang mematikan. Para “embrio bangsa” berpikir, bekerja dan berjuang untuk menjadikan Indonesia. Kita melakukan hal sama untuk Indonesia yang menjadi demokratis, berkeadilan-sosial, dan menghormati setiap warganegara yang berdiam di dalamnya.