TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia (AGBSI) menggelar program untuk menyemarakkan Bulan Bahasa.
Bulan Oktober, yang menampung momen Hari Sumpah Pemuda, dengan Ikrar “Berbahasa Satu, Bahasa Indonesia,” sejak tahun 1960an, sudah pula diperingati menjadi Bulan Bahasa.
Bahasa pun perlu dimartabatkan. Literasi perlu ditumbuhkan. Minat membaca satra perlu disuburkan.
Dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Senin (2/9/2019), Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia mengambil peran menyemarakkan Bulan Bahasa itu dengan lomba kritik sastra.
Adapun karya sastra yang dipilih kali ini, empat buku puisi esai karya Denny JA.
Lima tahun belakangan ini, dunia sastra bergunjang ganjing dengan kontroversi puisi esai karya Denny JA.
Sebagian sastrawan mengklaim puisi esai adalah genre puisi baru yang dikreasi Denny JA. Sebagian menolaknya.
Namun, buku puisi esai terus diterbitkan.
Hingga hari ini sudah terbit lebih dari 80 buku puisi esai.
Sudah lebih dari 200 penulis dari Aceh hingga Papua menulis puisi esai.
Bahkan penyiar Asia Tenggara, dari Malaysia, Brunei, Thailand dan Singapura juga menerbitkan puisi esai.
Pernah pula dibuat seminar sehari mengenai puisi esai di Malaysia dengan pembicara sastrawan dari aneka negara.
Kini bahkan 35 puisi esai dari Aceh hingga Papua sedang diubah menjadi skenario untuk film seri.
Pertama kali dalam sejarah akan lahir serial film yang semuanya berasal dari puisi esai.
Menurut Jajang Priatna dan Dian Ratri dari Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia, di samping melalui media sosial, pengumuman lomba kritik sastra karya Denny JA akan juga diumumkan di PDS HB Jassin dalam waktu dekat.
Lomba Menulis Kritik Sastra