OLEH: Alex Palit
Jepret! Langsung foto si jakun – jaket kuning – aku kirim ke WA anakku yang saat itu sedang di Bandung untuk sebuah acara presentasi hasil penelitian terkait lingkungan hidup.
“Iya Pa, aku juga lagi nonton di hotel, kerennn...!!!” jawabnya yang ternyata juga sedang nonton ILC – TV One, #ILCKontroversiRKUHP (24/9).
Sepulang dari Bandung, saya pun masih penasaran, "Kenal gak dengan ketua BEM UI ini," tanyaku pada anakku yang kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat – Universitas Indonesia (FKM – UI).
"Manik itu adik kelasku setahun di FKM" jawab anakku sambil tertawa, mungkin dibenaknya bilang bokap gua kepo.
Ia mengaku mengenal akrab dengannya, termasuk mengetahui bagaimana sepak terjang adik kelasnya dari masa saat jadi BEM - FKM sampai menduduki BEM UI.
Tentang adik kelasnya yang kini jadi demonstran, anakku hanya mengomentarinya cukup dengan satu kata: Kerennn...!!!
Setidaknya itulah sepatah kata dan komentar tentang Ketua BEM – UI Manik Marganamahendra yang aku dapat dari anakku, Ole.
Hari ini, memori ingatanku terkenang kembali oleh peristiwa demo mahasiswa 1998 sebagai Gerakan Reformasi 1998 yang puncaknya lengsernya rezim otoriter Presiden Soeharto.
Kala itu saya masih jadi wartawan sebagai peliput berita yang ikut berbaur menyatu di antara ribuan mahasiswa pendemo dalam satu semangat yang sama yaitu reformasi.
Hari ini mahasiswa kembali bergerak, melawan. Walau agenda tuntutannya beda dengan yang di tahun 1998, tapi inti perjuangan yang diperjuangkan adalah sama yaitu perubahan.
Marilah, terutama elit politik atau penguasa – jangan naif atau paranoid menyikapi demo mahasiswa BEM SI ini.
Tempatkan, mahasiswa itu adalah kekuatan moral (moral force) sebagai tiang utama perubahan (agent of change).
Mahasiswa itu adalah kekuatan moral sebagai tiang utama kontrol sosial kekuasaan.
Mahasiswa itu adalah kekuatan moral yang tak punya tendensi kepentingan politik pragmatis.