ICCO Cooperation bersama dengan Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) menggelar acara launching nasional program Responsible and Sustainable Palm Oil in Indonesia (RESBOUND), bertajuk Membangun Kesejahteraan Warga Desa Melalui Transformasi Pasar dan Bisnis Kelapa Sawit Berkelanjutan.
Acara ini diselenggarakan menyusul penerimaan pelaksanaan program di 10 desa di Sumatera Utara, dan 10 desa di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
RESBOUND adalah program berdurasi tiga tahun, yang diselenggarakan oleh konsorsium masyarakat sipil. Diantaranya terdiri dari: ICCO Cooperation, Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) dan PENABULU, serta didukung oleh Uni Eropa.
RESBOUND bertujuan untuk mendorong pembangunan desa di area perkebunan sawit, yang responsif terhadap kebutuhan komunitas dengan menggunakan pendekatan inklusi, melalui dialog dengan sektor swasta dan melalui kesepakatan kemitraan antara pemerintah desa dengan sektor swasta.
Kesepakatan ini diharapkan dapat membantu percepatan pembangunan desa yang berorientasi pada pemenuhan hak sosial dan hak ekonomi.
Terkait dengan inisiatif ini, transformasi pasar domestik melalui pembangunan kesadaran konsumen untuk memilih produk sawit yang diproduksi secara bertanggung jawab dipilih sebagai salah satu strategi utama.
Tujuannya adalah demi membangun insentif bagi produsen kelapa sawit untuk beroperasi dengan mengindahkan aspek keberlanjutan, dan kepatuhan terhadap nilai dan norma hak asasi manusia.
Permintaan global terhadap sawit Indonesia saat ini mulai menurun dan diikuti dengan penurunan harga, menyusul kesadaran pasar luar negeri tentang perlunya kepatuhan terhadap hak asasi manusia dalam rantai produksi dengan prinsip keberlanjutan. Hal ini berdampak bagi kehidupan petani dan pekerja sawit di desa.
Kiswara Santi, Indonesia Country Coordinator ICCO mengatakan, “Bisnis sawit yang bertanggungjawab, merupakan prasyarat bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat desa sawit.
Konsorsium RESBOUND memilih bekerja bersama dengan desa, sebab desa adalah sumber penghasil pangan dan energi, termasuk penghasil sawit. Namun, jarang yang memperhatikan kesejahteraan dan perikehidupan masyarakatnya. Sehingga perlu ada kerjasama yang baik antara masyarakat, pemerintah desa, dan perusahaan yang bekerja di desa tersebut”.
Sebagai asosiasi perusahaan yang menerapkan prinsip keberlanjutan, IBCSD melihat bahwa kesadaran akan risiko perubahan iklim di level konsumen telah mendorong masyarakat untuk lebih memilih produk-produk yang berkelanjutan.
Hal ini kemudian yang diungkapkan oleh direktur eksekutif IBCSD, Indah Budiani, "Dengan meningkatnya demand di konsumen, penciptaan produk yang sustainable pada akhirnya akan dapat meningkatkan posisi daya saing sawit indonesia di pasar global.”
“Sementara itu di sisi produsen, dukungan atas inisiatif baik ini juga meningkat akibat banyaknya perusahaan yang sadar atas risiko bisnis bila mereka tetap berada di ‘business as usual’ dan tidak maju ke ‘responsible business’”, lanjut Indah, “hal ini dapat dibuktikan dengan penerapan sustainable sourcing dan berbagai inovasi yang dilakukan dalam usaha memenuhi tuntutan pasar global atas produk yang berkelanjutan.”