Pesan Doni di Sumatera Barat, disampaikan pula kepada masyarakat di Sigi, Sulawesi Tengah. Jika tidak ingin banjir bandang dan longsong terulang, tidak ada pilihan lain kecuali melakukan penanaman di lahan gundul.
Alam tak bisa dilawan hanya dengan teknologi, infrastruktur. Tapi gabungan keduanya. Teknologi dan infrastruktur memiliki batas usia pakai, dan dikemudian hari justru makin rapuh. Adapun pohon justru akan semakin kuat dan kokoh.
Di dua provinsi itu, Doni menegaskan, perusakan lingkungan harus dihentikan. Manfaat yang didapat, hampir bisa dipastikan, tidak pernah sebanding dengan musibah dan penderitaan yang disandang kemudian.
Uang negara hanya menggelontor ludes, berapapun jumlah.
Karenanya, gerakan vegetasi, penanaman pohon, reboisasi, reforestasi harus digencarkan mulai dari sekarang juga.
Tanam jenis tanaman yang cocok, seperti pohon sukun, aren, sagu, dll yang mampu menahan erosi dan punya kemampuan menahan air. Yang jelas, bukan jenis tanaman semusim seperti sayur mayur, kentang dan wortel.
Lebih dari segalanya, para pejabat, pemuka adat, tokoh masyarakat, alim-ulama dan tokoh agama, para guru harus terus-menerus mengingatkan masyarakat ihwal pentingnya kita menjaga alam, agar alam menjaga kita.
Berulang kali pula Doni Monardo menegaskan, bahwa bencana itu bukan urusan orang per orang. Bencana adalah urusan kita bersama. Itu yang dimaksud Doni: pentingnya kesadaran kolektif yang bersumber dari hati yang paling dalam. (*)