Beberapa cerita sangat menyentuh hati kami. Peserta dari SMA Regina Pacis Bajawa, di Nusa Tenggara Timur, misalnya.
Meski minim bola, mereka tetap berlatih menggunakan buah kelapa untuk drill menembak.
Seolah-olah, mereka semua menantang DBL. Menegaskan kalau DBL siap dimulai, mereka juga siap berpartisipasi.
Ajang DBL memang dibuat untuk mereka. Panggung untuk mewujudkan impian mereka bermain basket, mencapai prestasi lebih tinggi.
Tanpa pernah meninggalkan pentingnya prestasi di sekolah. Bagi semua partisipan, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya.
Pada momen ulang tahun DBL ke-16 ini, kami tetap bekerja keras mempersiapkan Plan A, B, C, D, dan seterusnya. Kami tetap berharap kompetisi bisa diselenggarakan tahun ini juga, walau kami juga harus realistis apabila itu tidak bisa dilakukan.
Kami tidak akan asal-asalan dalam membuat keputusan dan mengumumkannya.
Ketika momen yang ditunggu itu tiba, kami sudah akan punya perencanaan dan program lengkap, menyesuaikan dengan segala kemungkinan akibat pandemi ini.
Ya, DBL memang 'hanya' kompetisi pelajar. Tapi DBL punya reputasi sebagai ajang yang paling maju dan konsisten penyelenggaraannya.
Menjadi acuan kompetisi olahraga lain, termasuk yang profesional. Bersama seluruh personel DBL Indonesia, saya mengucapkan terima kasih atas segala dukungan kalian semua.
Teruslah berlatih, teruslah bersiap. Tapi ingat, kesehatan dan keselamatan bersama adalah nomor satu saat ini.
Kita semua sudah kangen suasana DBL. Semoga pandemi ini segera berlalu dan kita segera bertemu lagi di lapangan basket! (*)