Mauli Saelan (manajer), Sutjipto Suntoro (pelatih), Madjid Umar (asisten).
POLITIK
Masuknya Indonesia ke Piala Dunia Junior 1979, di Tokyo, murni karena politik. Irak yang menjadi runner-up mendampingi Korsel yang lolos babak penyisihan, menolak terbang ke Jepang. Begitu juga Korea Utara, meski negara itu memang punya hak untuk menggantikannya.
Kedua negara itu tak mau tampil di Piala Dunia Junior 1979, karena persoalan politik. Seperti kita tahu, FIFA memiliki kontrak dengan perusahaan minuman ringan asal Amerika, Coca Colla di kejuaraan dunia.
Sebelum memutuskan melepas haknya di babak final piala dunia kedua negara itu meminta agar FIFA menanggalkan sponsor dari Amerika. Satu permintaan yang mustahil untuk dipenuhi. Baik Irak maupun Korut saat itu sangat memusuhi Amarika.
Akibat kekosongan itu, FIFA lalu menunjuk Indonesia karena menjadi negara yang posisi di perdelapan final paling baik.
Sayang, di putaran final, tim nasional kita tak mampu berbuat apa pun. Bagaimana penampilan Bambang Nurdiansyah dan kawan-kawan di Tokyo?
Ikuti terus kisah selanjutnya....
*M. Nigara, Wartawan Sepakbola Senior