Akankah yang bersangkutan juga dicopot? Melihat yurisprudensinya, pencopotan jabatan, pemidanaan dan penelusuran dugaan aliran uang dari Joker hanya soal waktu.
Akankah Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Jaksel Nanang Supriatna juga dicopot dan menjadi tumbal berikutnya?
Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin mengaku akan memeriksa Nanang terkait sebuah video pertemuan Kajari Jaksel itu dengan tim kuasa hukum Joker yang beredar luas. Pertemuan itu diduga untuk melancarkan pergerakan Joker di Indonesia.
Akankah pejabat PN Jaksel juga dicopot? Mestinya demikian.
Imigrasi juga tak mendeteksi masuknya Joker ke Indonesia. Akankah pejabat Imigasi juga dicopot? Mestinya juga demikian.
Mengapa Joker bersikeras menempuh PK? Bukankah dia sudah bisa hidup tenang di. luar negeri? Untuk membersihkan namanya dan nama keluarganya. Bukan untuk kembali ke Indonesia. Begitu kata Anita Kolopaking, pengacara Joker.
Jadi, demi nama, Joker rela menjadi pelari jarak jauh, menyerupai bunglon, dan menumbalkan sejumlah pejabat.
Dihimpun dari sejumlah sumber, sebutan Joker yang melekat pada Djoko Tjandra mencuat pertama kali saat Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta menyidangkan perkara suap jaksa Urip Tri Gunawan oleh Artalyta Suryani pada 12 Juni 2008.
Dalam rekaman percakapan telepon antara Artalyta dan Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Kejaksaan Agung saat itu, Kemas Yahya Rahman, yang diperdengarkan di persidangan, Artalyta sempat menanyakan masalah Joker. Akhirnya terungkap yang dimaksud Joker adalah Djoko Tjandra.
Bukan hanya namanya sendiri, Joker yang lahir di Sanggau, Kalimantan Barat, 27 Agustus 1950 ini juga menjaga nama keluarganya, termasuk tiga saudaranya, yakni Eka Tjandranegara, Tjandra Kusuma, dan Gunawan Tjandra.
Ternyata, nyaris semua etnis bersikukuh menjaga nama, jangan sampai tercoreng. Apalagi setelah memiliki kekayaan.
Bahkan orang Jawa bilang, "jeneng" (nama) lebih utama daripada "jenang" (bubur/kekayaan). Sebab, "jeneng" akan mendatangkan "jenang".
Bagi etnis Tiongkok seperti Joker, pemilik Grup Mulia yang membawahi 41 perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri, menjaga reputasi dan integritas sangatlah penting.
Nama baik merupakan hal yang utama untuk dijaga. Tidak hanya nama baik diri sendiri, integritas keluarga juga sangat perlu dipertahankan. Itulah yang kini sedang diupayakan Joker. Sedetik pun ia tak mau dipenjara.
Oknum-oknum pejabat pragmatis pun ramai-ramai membantu Joker menjaga namanya, meski untuk itu harus mengorbankan nama mereka sendiri.
Berbeda dengan Joker yang mengutamakan "jeneng" daripada "jenang", oknum-oknum pejabat pragmatis itu diduga lebih memburu "jenang" daripada "jeneng". Mereka bahkan rela ditumbalkan.
* Karyudi Sutajah Putra: Pegiat Media, Tinggal di Jakarta.