Tidak itu saja. Risma hanyalah anak ideologis, bukan anak biologis, sedangkan Puan adalah anak ideologis sekaligus anak biologis Megawati.
Jadi, secara psikologis dan emosional tentu Megawati akan lebih mengutamakan Puan daripada Risma.
Jika Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta digelar tahun 2022 sesuai periodisasi dan siklusnya, besar kemungkinan Risma akan diajukan sebagai calon gubernur sebagai "test case" sebelum menuju capres.
Risma akan mengikuti jejak Jokowi yang menapak anak tangga mulai dari Walikota Surakarta, Jawa Tengah, dua periode (2002-2007 dan 2007-2012), Gubernur DKI Jakarta (2012-2014) dan akhirnya Presiden RI (2014-2019 dan 2019-2024). Jabatan gubernur hanya dijalani Jokowi selama 2 tahun.
Risma pun bisa jadi demikian bila Pilkada DKI digelar tahun 2022.
Untuk capres/cawapres, tentu saja Megawati akan lebih memprioritaskan Puan. Kecuali jika elektabilitas mantan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia itu menjelang 2024 tak kunjung terkerek, baru Megawati akan mengajukan Risma.
Namun, baik Puan atau pun Risma, tampaknya keduanya harus puas di lapis kedua saja sebagai cawapres, sedangkan capresnya dari parpol lain.
Baru nanti pada 2029, Puan atau Risma andaikata terpilih menjadi wapres, dialah yang akan menjadi capres pada Pilpres 2029.
Blok Oposisi
Di pihak lain, masuknya Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan ke dalam Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin Presiden Jokowi, 23 Oktober 2019, dan kemudian disusul Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Salahuddin Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 23 Desember 2020, ditengarai sebagai strategi Gerindra untuk berkoalisi dengan PDIP pada Pilpres 2024.
Jika elektabilitasnya tak kunjung terkerek menjelang 2024, maka Prabowo cukup menjadi "king maker" saja dan mengajukan Sandi sebagai capres/cawapres 2024.
Prabowo-Sandi adalah pasangan capres-cawapres penantang Jokowi-KH Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019. Prabowo juga penantang Jokowi pada Pilpres 2014.
Saat itu Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa, sedangkan Jokowi berpasangan dengan Jusuf Kalla.
Benarkah Gerindra akan berkoalisi dengan PDIP pada Pilpres 2024? Jika pertimbangannya elektabilitas, tentu hal tersebut merupakan keniscayaan.