News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tenggang Rasa dalam Bermuamalah Ekonomi

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi sedekah

Rasa tersebut barangkali saat ini semakin menipis untuk dimalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kisah tersebut mengajarkan pada kita tenggang rasa pada transaksi bidang ekonomi inilah yang semestinya dipelihara oleh umat manusia, bukan sebaliknya berniaga yang hanya berorientasi mengejar pada keuntungan materi keduniawian semata.

Apabila kita telaah lebih jauh bahwa tenggang rasa merupakan sikap seseorang yang menempatkan perasaannya pada perasaan orang lain, manakala ia dihadapkan permasalahan yang sama sehingga ia akan bersikap lebih bijak dalam mengambil sebuah keputusan.

Seorang ulama besar sekaligus sebagai pedang kain sutera dimasanya, tentulah ia dalam menjalankan bisnisnya tidak semata-mata pada kalkukulasi hitungan untung rugi semata.

Namun ia sadar bahwa bahwa amanat yang ia jalankan di dunia hanya sebagai perhentian sementara untuk memperoleh dari pintu surga mana saja yang akan ia masuki.

Jika ia pedagang yang sholeh maka dengan menjunjung tinggi kejujuran, transparan dan berlaku adil didalam menjalankan profesinya tersebut dapat membawa dirinya pada keselamatan dan akan mendiami surga kekal abadi.

Jauh ribuan tahun silam sebelum adanya teori deflasi dalam teori ekonomi yang dideklarasikan oleh para pemikir ekonom barat, bahwa ulama besar itu sadar betul bagaimana caranya mencegah atau menanggulangi daya beli masyarakat yang turun yakni dengan jalan mempertahankan atau meningkatkan daya beli sang ibu dengan membayar barang yang dijual kepadanya untuk dibeli dengan harga pantas sesuai harga pasar.

Kisah ini memberikan hikmah bagaimana ulama besar tersebut menaikkan kembali daya beli sang ibu yang dalam kondisi keadaan terpaksa menawarkan harga kain suteranya dengan harga murah dengan cara membeli kain sutera si ibu dengan harga pantas di atas harga pasar.

Hal ini dimaksudkan agar sang ibu memiliki daya beli kembali untuk memenuhi kebutuhan dan menanggulangi kesulitannya.

Dari kisah di atas terdapat nilai yang tersirat yakni rasa tenggang rasa, atau empati menimbulkan dan mendorong orang lain bertindak untuk bergotong royong saling membantu.

Nilai-nilai dari kisah di atas inilah yang kita butuhkan, kepedulian atau tenggang rasa ekonomi bagi kita semua.

Sekarang saat yang tepat bagi pemerintah dan para orang kaya menunjukkan kepeduliannya dengan mensupport saudara-saudara kita yang terpuruk ekonominya.

Banyak orang kehilangan upah akibat pemutusan hubungan kerja dan para pengusaha mengalami penurunan omzet secara drastis dan lain-lain, untuk bangkit kembali dengan memberikan sumber penghasilan yang telah hilang dengan memberikan kesempatan kerja baru sehingga daya beli masyarakat dapat pulih kembali.

Harapan kita adalah dengan menjalankan ekonomi syariah mudah-mudahan menjadi solusi, gerakan ekonomi syariah saat ini bukan lagi sebagai pilihan atau pelengkap saja, melainkan harus sudah menjadi gerakan yang harus terus dikobarkan semangatnya agar umat ini berdaya secara ekonomi dan sejahtera semua sebagai perwujudan Islam rahmatan lil alamin.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini