Penulis:
Deni Nuryadin
Dosen Ekonomi Islam FEB UHAMKA dan DPS ASKRINDO SYARIAH
TRIBUNNERS - Kata syukur sering kita dengar baik dalam percakapan sehari-hari, atau dalam suatu majelis ilmu.
Menurut Kamus Arab - Indonesia, kata syukur diambil dari kata syakara, yaskuru, syukran dan tasyakkara yang berarti mensyukuri-Nya, memuji-Nya.
Kapan kita bersyukur? Jawabannya selama kita hidup bersyukur setiap waktu atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan untuk senantiasa dipelihara dan dilaksanakan.
Manusia dalam menjalankan rasa syukur atas nikmat Allah dapat berupa menjalankan ibadah baik yang berkaitan dengan ibadah hubungan kepada Allah maupun hubungan kepada sesama manusia serta alam sekitarnya.
Baca juga: ATURAN Perayaan Tahun Baru 2022: Alun-alun Ditutup, Dilarang berpawai dan Arak-arakan
Maka dengan menggunakan dimensi ibadah, rasya syukur dengan aktualisasi ibadah tidak harus terikat waktu, tidak terikat wilayah dan terlebih tidak terikat pada suatu kejadian atau perayaan.
Orang bisa saja melakukan sujud syukur, memperbanyak zikir dan istighfar serta praktek ibadah lainnya atau memberikan bantuan kemanusiaan kepada saudara kita yang belum beruntung bisa dilakukan kapan saja.
Semua perayaan seyogyanya menggambarkan dimensi demikian maka dapat mempercepat kehidupan yang Indah, damai, persaudaraan dan kerukunan antar umat beragama.
Kemirisan justru terjadi di mana-mana, bertolak belakang dengan makna rasa syukur semestinya.
Perayaan terkadang mengabaikan sisi keprihatinan, toleransi sosial ekonomi dan justru yang muncul ada adalah euphoria materialistis.
Misal saja berapa biaya yang dikeluarkan kembang api untuk suatu perayaan agar semarak bisa jadi ratusan juta atau bahkan miliaran, bar-bar, diskotik dan cafe-cafe menjual program menyambut tahun baru yang diisi dengan penuh aktivitas kemaksiatan.
Baca juga: Doa Akhir Tahun dan Doa Awal Tahun dalam Bahasa Arab, Latin, dan Artinya
Tidak sedikit kocek fantastis yang mereka hamburkan untuk membeli sebuah harga kesenangan sesaat.
Bagi sebagian orang, tak masalah untuk menghamburkan uang dalam jumlah banyak.
Namun kondisi ini nampak tidak elok manakala bangsa ini masih dalam masa keprihatinan nasional.
Marilah kita tengok dengan uang yang begitu besar apabila kita gunakan dalam menjalankan aspek ibadah untuk kemanusiaan maka nilai di atas sangat berguna bagi masyarakat yang membutuhkan.
Lebih baik menghindari perayaan -perayaan yang mempertontonkan kehidupan serba glamour dan kemewahan.
Sebab, hal ini akan semakin mencederai hati sebagian besar masyarakat yang sedang mengalami musibah, PHK, sakit karena pandemi covid 19, bencana alam dan lain-lain.
Kesederhanaan dalam merayakan suatu perayaan dalam mensyukuri nikmat kehidupan yang Allah berikan adalah kunci keberhasilan negara dan umatnya untuk bahagia, sejahtera dan damai penuh dengan cinta kasih sayang dan tolong menolong sesama umat manusia Indonesia.
Hal ini sesuai menurut Al Quran, surat Al Furqan ayat 67, hidup sederhana adalah di antara tidaklah berlebihan dan tidak terlalu pelit. Aamiin YRA