News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Antara Ankara dan Penajam

Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kanan) memberikan pesan solidaritas pada rakyat Indonesia saat ngevlog bareng Presiden Joko Widodo di Ankara, Turki, Kamis (6/7/2017). Jokowi mengunjungi Turki untuk melakukan kerjasama antar kedua negara, sebelum melanjutkan berangkat ke Jerman guna menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. TRIBUNNEWS/BIRO PERS

Antara Ankara dan Penajam

Oleh Trias Kuncahyono

I

Aku berdiri di depan sarkofagus - peti mati terbuat dari marmer warna merah marun bermotif putih - di dalam mausoleum Mustafa Kemal Atatürk, di Ankara. Orang Turki menyebut mausoleum itu Anıtkabir. Di sampingku, berdiri Arif Zulkifli, wartawan Tempo. Kami dan beberapa wartawan Indonesia di Ankara diundang pemerintah Turki.

Peti itu menjadi simbol makam Atatürk. Jenazah Atatürk dimakamkan tujuh meter di bawah peti marmer itu. Makam Atatürk ada di dalam sebuah ruangan berbentuk segi delapan, yang dibangun dengan gaya arsitektur Seljuk dan Ottoman. Tetapi, ruang makam itu tertutup, tidak dibuka untuk umum.

Baca juga: Setelah Presiden Turki, Kini Giliran Presiden Honduras Positif Covid-19

Atatürk adalah gelar yang artinya “Bapak Orang Turki” yang disematkan pada namanya tahun 1934. Karena gelar itu hanya untuk Mustafa Kemal, maka menurut Undang-Undang No. 2622, Pasal 1 dan 2, 17 Desember 1934, Turki melarang nama tersebut, Atatürk, digunakan oleh orang lain.

Mustafa Kemal Atatürk (1881-1938) adalah Bapak Turki Moderen, Bapak Republik Turki dan presiden pertama Turki. Maka tidak berlebihan kalau ada yang mengatakan, Mustafa Kemal Atatürk adalah Turki dan Turki adalah Mustafa Kemal Atatürk. Sama halnya Bung Karno adalah Indonesia dan Indonesia adalah Bung Karno.

II

Kami diam memandangi peti marmer merah itu. Aku tidak tahu yang ada di pikiran Arif. Tetapi, pikiranku menelusuri perjalanan dan perjuangan Mustafa Kemal sampai akhirnya mendirikan Republik Turki sekarang ini.

Terbersit pertanyaan dalam benakku: Mengapa Mustafa Kemal memindahkan ibu kota Turki dari Istanbul ke Ankara? Bukankah Istanbul, sebagai kota, lebih besar, lebih menarik, dan lebih strategis dibandingkan Ankara. Di selatan Istanbul terbentang Laut Marmara, dan di utara Laut Hitam. Bagian barat kota ada di Eropa, dan bagian timur ada di Asia. Istanbul adalah sebuah kota yang menyatukan dua benua.

Presiden pertama Turki, Mustafa Kemal Attaturk. (ataa.org)

Istanbul dibelah Selat Bosphorus. Sebagai pelabuhan, kota ini merupakan kota Asia terdekat dengan Eropa dan kota Eropa terdekat dengan Asia. Pentingnya Istanbul bertumpu pada kepentingan strategisnya dalam arti komersial.

Bukankah, Istanbul yang saat itu berpenduduk sekitar satu juta orang, memiliki makna historis—pernah menjadi ibu kota tiga kekaisaran: Romawi (330-1261) Bysantium (1261-1453), dan Ottoman (1453-1922)—ketimbang Ankara yang ada di tengah Anatolia (Asia Kecil) jauh dari laut dan dikepung pegunungan?

Tetapi, setelah PD I (1914-1918), sebagian besar wilayah Kesultanan Ottoman diduduki oleh Kekuatan Sekutu (Entente) yakni koalisi Perancis, Inggris, Rusia, Italia, Jepang, dan AS. Mereka menghadapi Kekuatan Sentral dari Jerman, Austria-Hongaria, Ottoman, Bulgaria dan koloni-koloni mereka. Bahkan pasukan Sekutu menduduki juga Istanbul ibu kota Ottoman.

Ketika itu, para politisi Turki, termasuk Mustafa Kemal, memutuskan untuk memindahkan pusat pemerintahan ke Ankara. Setelah Sekutu mengakiri pendudukannya, pusat pemerintahan tidak dikembalikan ke Istanbul, tetapi tetap Ankara. Mereka berpendapat, Istambul adalah ibu kota Kasultanan Ottoman. Istanbul simbol Ottoman. Mustafa Kemal dan para pendukungnya memutuskan bahwa negara baru—Republik Turki—harus memiliki simbol baru, cara hidup baru, pandangan hidup baru.

Baca juga: 12 Pengungsi Ditemukan Mati Beku di Dekat Perbatasan Turki-Yunani

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini