News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tradisi Leadership Pesantren

Editor: Husein Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KH. Imam Jazuli

Tentu tradisi demikian ditemukan akarnya dari praktik yang dilakukan Rasulullah. Dalam berbagai kesempatan, Rasulullah SAW selalu memberi motivasi kepada para sahabatnya dan kepada umatnya. Motivasi tersebut terkadang menggunakan kata kerja perintah, larangan, himbauan, sampai menggunakan kalimat seru sebagai petanda bahwa pesan itu merupakan hal yang baru.

Riset di manajemen membuktikan bahwa para pengikut itu perlu mendapatkan motivasi dari para pemimpinnya. Idealnya, motivasi itu diberikan setiap hari. Kalau tidak bisa ya setiap minggu atau setiap bulan.

Ketika mereka sudah lama tidak mendapatkan motivasi, maka mereka bisa menjadi de-motivator (perusak semangat) atas dirinya lalu orang-orang di sekelilingnya. Atau, mereka seperti ban yang anginnya bocor. Kerjanya biasa-biasa saja karena dalam hatinya tidak ada getaran apa-apa.

Di Pondok Bina Insan Mulia misalnya, guru-guru dimotivasi dan dievaluasi para kiai setiap hari Kamis dan itu rutin dari sejak pertama. Di berbagai tempat, para kiai memotivasi guru-gurunya seminggu sekali meskipun harinya berbeda-beda.

Di Bina Insan Mulia, motivasi langsung oleh saya setiap saat. Saya tidak hanya mengajar kitab yang dipelajari dari bab per bab. Tetapi memberikan motivasi dan arahan setiap saat.

Saya memilih untuk menyampaikan materi berdasarkan topik aktual sesuai dengan problem. Misalnya, hubungan ajaran Islam dengan keterbukaan berpikir, kewirausahaan, perkembangan teknologi, inovasi pendidkan, dan lain-lain.

Untuk variasi dan pendekatan yang lebih kaya, Pesantren juga menghadirkan para trainer dan motivator nasional dari luar. Bahkan setiap tamu yang datang, yang menurut saya punya peranan bagus di masyarakat, saya minta untuk memotivasi santri.

Jadi, motivasi punya kedudukan yang sangat penting dalam tradisi leadership pesantren. Sampai-sampai tidak sedikit santri yang mungkin sudah lupa dengan beberapa materi pelajaran dalam kitab yang dipelajarinya di kelas, namun masih tetap mengingat motivasi yang disampaikan kiainya maupun gurunya.

Tidak jarang alumni pesantren itu meski sudah sekolah kemana-mana, namun begitu diminta untuk menyampaikan nasihat, yang disampaikan adalah nasihat kiainya dulu.

Nasihat Mbah Hasyim Asy’ari selalu disampaikan oleh santri-santri beliau. Nasihat Kiai Machrus Lirboya terus beredar di hati dan pikiran para santrinya. Nasihat Kiai Faqih Langitan dihafal dan disebarkan oleh santri-santrinya.

Memfasilitasi Proses

Di sejumlah pesantren di Indonesia ini ada orang yang ahli konstruksi, namun tidak pernah mengeyam pendidikan formal di sipil atau arsitek. Ada yang ahli herbal, namun tidak pernah sekolah formal di bidang itu.

Ada yang ahli pertanian dan peternakan, namun tidak pernah sekolah kampus pertanian. Ada yang ahli ilmu mengenai benda-benda langit (falak), namun tidak pernah kuliah di astronomi. Ada banyak lulusan pesantren yang menjadi pemimpin formal, namun tidak pernah sekolah di lembaga seperti Lemhanas atau yang lain.

Apa rahasia semua itu? Selain karena ada proses pembelajaran berbasis transfer cahaya spiritual, ada proses yang disebut fasilitasi. Seorang kiai memberi kesempatan kepada para guru atau santri untuk memainkan peranan tertentu dalam tugas-tugas tertentu.

Misalnya santri atau guru tersebut ditugaskan untuk mengajar di suatu tempat, berceramah di suatu tempat, menjadi kepala sekolah, mengurus bangunan, mengurus kurikulum, mengurus dapur, dan seterusnya. Fasilitasi. menghantarkan santri mendapatkan peningkatan penguasaan atau pemahaman yang lebih luas dan lebih dalam.

Tentu, seorang kiai sudah mengantongi alasan dan pertimbangan tersendiri. Dasarnya tidak hanya pada fakta yang terukur dan kelihatan (fisik), tetapi juga dengan petunjuk istikhoroh (metafisika). Tradisi inilah yang saya praktikkan di Bina Insan Mulia.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini