OLEH : RUSYAD ADI SURIYANTO, Laboratorium Biopaleoantropologi FKKM UGM
ANTROPOLOGI yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah antropologi ragawi atau biologi (biological anthropology).
Antropologi ini terbagi dalam dua divisi besar, yakni antropologi hidup (living anthropology) dan antropologi mati (death anthropology).
Dalam divisi antropologi mati terdapat subdivisi antropologi forensik dan paleoantropologi.
Di sini kita dapat menyaksikan betapa antropologi mati ini merupakan studi yang meliputi rentang waktu relatif sangat jauh.
Mulai kemunculan leluhur manusia beberapa juta tahun yang lalu sampai manusia sekarang.
Seorang ahli antropologi kematian bisa mempunyai dua keahlian sekaligus, baik antropologi forensik maupun paleoantropologi.
Seorang ahli antropologi kematian juga bisa memilih untuk konsentrasi pada antropologi forensik atau paleoantropologi.
Baca juga: Apakah Manusia Purba Jawa Sudah Mampu Berbahasa?
Baca juga: Penemu Manusia Purba Pithecanthropus Erectus, Ini Pola Kehidupan Manusia Purba
Kompetensi dasar dalam kedua subdivisi itu adalah identifikasi profil biologis, baik genetis maupun morfologis.
Untuk profil biologisnya lebih menekankan pada material-material osteologis (tulang-belulang) dan odontologis (gigi-geligi).
Pemahaman kompetensi dasar itu telah didapatkan dari antropologi ragawi atau biologi.
Rekam Jejak Tubuh Manusia
Pada badan manusia terekam catatan autobiografis si empunya. Boleh juga dimaknai badan manusia itu terdapat semacam prasasti.
Semakin bertambah umur, semakin si empunya memiliki banyak rekam catatan pada badannya.