News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Fethullah Gulen, Reformisme, dan Nurcu Movement di Turki

Editor: Husein Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon, Jawa Barat dengan dengan Istri, Hj. Malika Lulu, S.Psy, di Turki, Minggu (7/1/2023).

Fethullah Gulen, Reformisme, dan Nurcu Movement di Turki

Catatan Perjalanan KH. Imam Jazuli, Lc. MA.*

TRIBUNNEWS.COM - Jika berbicara pengaruh sufi besar Said Nursi terhadap pemikiran Turki Modern, kita tidak bisa mengabaikan Muhammed Fethullah Gulen (27 April 1941).

Ia tidak saja seorang aktivis, penyair, tetapi juga teolog yang mengembangkan perspektif Said Nursi yang menekankan modernisme demokratis. Dari tahun 1959 sampai 1981, Fethullah Gulen berperan sebagai seorang Imam lokal.

Sebagai seorang Imam, tokoh agama, da'i, sekaligus penerus pemikiran Said Nursi. Fethullah Gulen lebih menekankan pada keimanan dan akhlak sebagai basis kritik sosialnya. Ia pun sedikit tidak tertarik pada konflik kepentingan politik dan kursi kekuasaan. Dalam benaknya, ia adalah tokoh yang menolak filsafat politik Islam.

Tujuan utama Fethullah Gulen adalah melakukan advokasi sosial dengan penuh profesionalitas, membimbing kehidupan politik dan individu sekuler dengan ajaran-ajaran agama.

Sejak itulah, ia mendirikan gerakannya sendiri yang disebut “Hizmet.” Dalam bahasa Turki, “Hizmet” berarti “pelayanan.” Artinya, gerakan Gulen adalah pelayanan publik, bukan kepentingan politik kekuasaan.

Baca juga: Dampak Sekularisme Kemalis terhadap Ruang Publik di Turki

Gerakan Hizmet tidak saja disambut hangat oleh masyarakat Turki secara sukarela, melainkan juga mendapat apresiasi dan dukungan dari masyarakat internasional. Tentu saja perkembangan besar tersebut mengkhawatirkan pemerintah. Seluruh sekolah yang didirikan oleh Hizmet, dana usaha, dan apapun yang terkait Hizmet dibubarkan pada tahun 2016.

Seperti pepatah, hanya kejahatan yang takut akan kebaikan. Itu pula yang terjadi. Sebab, gerakan Hizmet ini mengajarkan kesalehan individual, perilaku sosial yang bermoral, pendidikan, kedaulatan sipil, toleransi beragama, dan jaringan sosial. Namun tampak terbuka begitu, sebenarnya gerakan Hizmet juga bisa disebut gerakan bawah tanah.

Buktinya, gerakan Hizmet yang dipimpin oleh Fethullah Gulen mendapatkan dukungan spiritual dari para pemimpin agama, meskipun identitas mereka sengaja dirahasiakan. Sebab, keterlibatan pemimpin agama dalam politik adalah tindakan ilegel di mata hukum negara sekuler Republik Turki. Itulah alasan banyak pengamatan mengatakan Hizmet gerakan rahasia (Maya Arakon, The Ally to Enemy: Gulen Movemen (1), 2018).

Perjalanan gerakan Fethullah Gulen pun tidak mulus. Pada tahun 2003, banyak anggota gerakan Hizmet yang ingin menjadi bagian dari pendukung Partai Keadilan dan Pembangunan (Adalet ve Kalkinma Partisi/AKP) yang dipimpin oleh Erdogan. Di level ini, Erdogan memiliki pandangan berbeda dari Gulen. Jika Gulen memanfaatkan dukungan para pemimpin spiritual secara diam-diam, Erdogan ingin memberdayakan mereka secara terbuka.

Sekalipun Hizmet dan AKP memiliki perbedaan cara pandang, mereka berdua bekerjasama untuk memerangi musuh bersama (common enemy), yaitu Kemalisme yang dibangun oleh Mustafa Kemal Ataturk. Gerakan kerjasama Hizmet dan AKP ini baru hancur pada tahun 2011 sampai 2013, ketika banyak anggota partai penguasa yang terbukti korupsi, setelah dilakukan investigasi menyeluruh.

Jadi, ketidaksukaan Hizmet terhadap anggota AKP yang berkuasa dimulai sejak tahun 2011 ketika penguasa dari AKP terbukti korupsi. Presiden Turki kala itu adalah Abdullah Gül, dari AKP sendiri. Sejak itu, Abdullah Gul dan AKP menuduh gerakan Hizmet yang dipimpin oleh Fethullah Gulen sebagai dalang utama yang mendukung tim penyidik dan para hakim pengadilan. Tujuannya adalah menumbangkan rezim penguasa AKP. 

Selain itu, Abdullah Gul dan AKP menuduh Fethullah Gulen bekerjasama dengan CIA (Ahwalnews, CIA Collaborated with Gulen-Lobbyist, 2018). Maka tidak heran, saat Recep Tayyip Erdogan menjadi Presiden menggantikan Abdullah Gul yang sesama politisi AKP, Fethullah Gulen lari ke Amerika Serikat. Mencari suaka atas dirinya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini