Oleh: Iwan Nurdin
Aktivis Forum Gerakan 98
TRIBUNNEWS.COM - Dalam sepuluh tahun pemerintahan Joko Widodo, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) tidak memilih menjadi menteri dalam kabinet pemerintahan Jokowi-JK hingga Jokowi-Maruf Amin.
Berbeda dengan Ketua Umum Golkar dan PPP yang masuk ke dalam kabinet.
Bahkan “rival politik” Gus Muhaimin di dalam NU seperti Menteri Agama masuk ke dalam kabinet.
Bagi saya, ini semacam manajemen hubungan antara PKB, NU dan Pemerintahan Joko Widodo yang mencoba mengambil kesetimbangan dalam NU.
Meski demikian, kekuatan politik Gus Muhaimin dalam menggenggam PKB, NU, jaringan aktivis hingga kedekatannya dengan beragam kekuatan politik terus terbentuk.
Sosoknya yang terbuka dalam mengajak beragam kalangan membuktikan pemikiran dan tindakan kebangsaannya yang luas.
Banyak survei meremehkan sosok Gus Muhaimin sebagai pendulang suara yang minim.
Padahal suara NU yang termanifestasi di tubuh PKB terus meningkat.
Orang lupa, dari semua sosok politik non kabinet dan eksekutif lainnya seperti gubernur, sosok Gus Muhaimin memiliki ranking tertinggi. Padahal dari ruangan yang paling sulit.
Sekali lagi dari ruangan politik yang paling sulit yakni berada di DPR RI.
Jika tidak dibarengi dengan kinerja politik dan jaringan yang apik situasi ini tidaklah mudah. Karena, dalam iklim politk Indonesia, membangun profile poltik dari DPR terbilang paling sulit.
Bagi banyak orang, menyalahkan dan menjadikan DPR sebagai musuh bersama jauh lebih mudah dibandingkan dengan menyukainya.
Situasi semacam inilah yang telah menjebak sosok seperti Puan Maharani yang meski memiliki partai besar dan posisi Ketua DPR hal tidak membantu beliau dalam menaikkan elektabilitas politik ketika berniat maju ke kandidasi presiden.
Dengan prestasi politik sebagai tokoh paling tertinggi elektabilitas dari jalur non eksekutif, ruang politik Gus Muhaimin sesungguhnya yang paling luas memperoleh dukungan jika sudah resmi dideklarasikan berpasangan dengan Prabowo Subianto.
Pertama: Gus Muhaimin peredam suara minor Prabowo Subianto yang identik dengan Cendana dan Orba. Sosok Gus Muhaimin yang terbuka bagi kalangan aktivis memberi harapan dalam realisasi dari aktivis yang memperjuangkan hak-hak masyrakat pedesaan, konflik agraria dan sumber daya alam, denokratisasi.
Kedua: Gus Muhaimin mewakili islam santri yang secara genealogis dan ideologis dia buktikan dalam kiprah politiknya selama ini.
Ketiga: tidak seperti kandidat wapres lainnya yang memperoleh tiket dari kekuatan modal kapital dan personal branding dengan biaya iklan pencitraan ratusan milyar.
Tokoh Gus Muhaimin murni digerakaan oleh kesukarelawanan.
Terakhir, Gus Muhaimin adalah jembatan paling pas dari kalangan desa-kota, santri dan non santri, dan segregasi sosial lain akibat pilihan politik.
Jadi jangan lupa! Gus Muhaimin adalah sosok paling pas, terkuat dan paling mampu bekerja untuk seluruh lapisan ketika dipasangkan dengan Prabowo.
* Iwan Nurdin: Aktivis dan Forum Gerakan 98