Sehingga jika sel kanker itu muncul kembali, sistem imun akan segera mengenali dan menghancurkan sel-sel kanker tersebut.
Karena secara spesifik hanya mengenali sel kanker saja, maka efek sampingnya relatif lebih ringan daripada kemoterapi.
Beberapa kanker ternyata sensitif dengan terapi hormonal. Seperti misalnya pada kanker payudara terdapat reseptor hormonal yang disebut estrogen reseptor.
Blokade terhadap reseptor ini diyakini dapat menghambat pertumbuhan sel ganas.
Hanya saja terkadang muncul efek samping seperti gangguan menstruasi, perubahan suasana hati dan meningkatnya risiko penggumpalan darah.
Baca juga: Kenali Tiga Gejala yang Timbul Saat Seorang Anak Mengidap Kanker Darah
Pada kanker darah seperti leukemia akut dan myeloma multipel, ternyata setelah diberikan kemoterapi, jika syaratnya terpenuhi, dapat dilanjutkan dengan transplantasi sel punca.
Ada dua pilihan yaitu transplantasi autologus dengan menggunakan sel punca yang berasal dari pasiennya sendiri atau transplantasi alogenik, sel punca didapatkan dari donor yang cocok.
Sel punca yang 'ditanam' diharapkan akan tumbuh sel-sel sehat yang akan menggantikan keberadaan sel-sel kanker.
Fase kritis penggunaan metode ini adalah saat menunggu pertumbuhan sel baru di mana pasien rentan terhadap infeksi.
Kanker kulit stadium awal seringkali diberikan krioterapi. Metode ini menggunakan zat yang mampu membekukan jaringan kulit.
Namun metode ini tidak melulu untuk mengatasi kanker kulit. Beberapa kelainan kulit non kanker ternyata juga dapat diatasi dengan metode ini.
Karena menyasar area kulit, metode ini bisa menimbulkan efek samping nyeri, bengkak, dan gangguan saraf tepi.
Metode lain untuk mengatasi kanker adalah terapi fotodinamik.
Metode ini menggunakan obat yang diaktifkan oleh cahaya dengan panjang gelombang tertentu.