Oleh: Muhammad Arsyad
MEMBACA tulisan "Rapor Merah Pidato Rais 'Am PBNU Kiai Miftahul Akhyar" yang ditulis Imam Jazuli baru-baru ini, penting sekali untuk dikritisi karena di dalamnya banyak kelemahan.
Tulisan dari sosok yang dikenal kiai muda asal Cirebon itu sama sekali tak menunjukkan sebagai orang yang mendalam secara keilmuan sekaligus matang dalam akhlaknya.
Kala membuat catatan itu, Imam Jazuli tampak diliputi rasa pertentangan sehingga cenderung membabi buta memaparkan, bahkan sangat emosional.
Sebenarnya sah-sah saja tulisan yang berisi kritik dibuat sangat tajam.
Sayang, karya Imam Jazuli itu seolah sekadar obrolan kosong pinggir jalan yang minim dukungan data dan fakta.
Selama ini pun, publik sebenarnya sudah banyak tahu dengan karakter Imam Jazuli.
Namun kali ini yang lebih memprihatinkan, tulisannya menabrak nilai-nilai luhur etika dan akhlak yang selama ini diajarkan di pesantren.
Ironis memang karena dia juga dibesarkan pesantren, bahkan kini juga mengelola pesantren.
Sinyalemennya bahwa Rais Aam KH Miftahul Akhyar mengemis-ngemis pada oligarki kekuasaan dan potret mentalitas manusia yang lebih mencari jatah daripada perjuangan dengan keringat serta darah sendiri, jelaslah tidak berdasar.
Bahkan pernyataannya bahwa jajaran tanfzidiah PBNU bermuka dua pun sungguh tuduhan yang asal-asalan.
Tulisan atau pernyataan tanpa dukungan fakta ini tentu tidak etis untuk disebarluaskan.
Dari sini jelas, Imam Jazuli sejatinya telah suul adab karena telah memberikan komentar secara serampangan atas pidato KH Miftahul Akhyar.
Imam Jazuli selalu mengidentikkan sebagai tokoh NU.