News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Kelemahan Sistem Pertahanan Shin Tae-yong

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengamat Sepak Bola Wina Armada Sukardi

Oleh Pengamat Sepak Bola Wina Armada Sukardi

TRIBUNNEWS.COM - MELAWAN kesebelasan yang lemah, atau berada di bawah level kesebelasan Indonesia, kelemahan sistem pertahanan pelatih nasional Indonesia, Shin Tae-yong, tak kentara.

Ini lantaran hampir tak ada tekanan yang berarti dari lawan, sehingga pertahanan Indonesia tak mengalami kerepotan. Menghadapi lawan seperti ini, sistem pertahanan Indonesia kelihatan kuat, kompak dan tertata dengan baik: aman.

Berbeda jika kesebelasan Indonesia berhadapan dengan kesebelasan yang memiliki kelas setara, atau sedikit dan jauh lebih kuat dari kesebelasan Indonesia.

Baca juga: Musuh Timnas Indonesia Dihantam Rumor Miring, Kejiwaan Pelatih Vietnam Dipertanyakan

Langsung terkuak kelemahan sistem pertahanan kesebelasan Indonesia. Lubang-lubang menganga di pertahanan Indonesia dapat langsung terlihat dan terasa. Lubang itu mudah dimanfaatkan lawan untuk mengobrak-abrik pertahanan Indonesia sekaligus membobol gawang Indonesia.

Sistem Pertahanan

Pada pokoknya, dalam sepak bola dikenal tiga sistem pertahanan. Pertama, sistem zone marking, atau sistem pertahanan wilayah. Pada sistem ini, pemain belakang tidak mengawal satu persatu pemain lawan, tetapi mereka menghadang bola dan pemain yang berusaha masuk zone pertahanan yang sudah ditentukan.

Dalam hal ini pemain lawan tidak segera dihadang sejak awal. Namun bola dan pemain lawan itu tidak boleh menembus zone pertahanan yang sudah ditentukan. Sistem pertahanan ini menekankan kepada keamanan zone, dengan harapan tak ada bola dan pemain lawan yang berhasil memporak-porandakan area belakang kesebelasan.

Berbanding terbalik dengan sistem pertahanan zone marking , ada sistem pertahanan man to man marking.  Pada sistem ini, semua pemain lawan, sejak awal masuk area pertahan sudah dihadang satu persatu. Setiap pemain dihadapi dengan satu pemain lainnya.

Pemain lawan tidak boleh dibiarkan bebas masuk daerah pertahanan kesebelasan kita. Jika pemain lawan menang dalam duel satu persatu, harus ada pemain bertahan lainya menghadang pemain lawan itu. Pokoknya, pemain lawan tidak diberikan ruang gerak sama sekali. Pemain lawan pada sistem ini, jangankan untuk “menembak” bola, menguasai bola saja sudah sulit.

Sistem pertahanan ketiga, gabungan dari sistem zone marking dan sistem man to man marking. Pada sistem ini, untuk area tertentu, dipakai zone marking, lalu pada zone lain langsung berubah menjadi man to man marking, atau sebaliknya, mulai dari man to man marking lalu berubah menjadi zone marking.

Penerapan sistem pertahanan yang dipakai tergantung kebutuhan dan strategi yang dipilih pelatih. Tentu, pelatih ketika memilih sistem pertahanan mana yang dipilih , lebih dahulu melihat lawannya seperti apa yang dihadapi, dan bagaimana kondisi terakhir kesebelasannya sendiri.

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong di latihan perdana saat mendarat di Filipina. Tegaskan tak ada ruang lagi untuk blunder, PR baru adaptasi rumput sintetis menanti (pssi.org)

Pertahanan Ala Shin Tae-yong

Lantas pertanyaannya, sistem pertahanan mana yang dipililih pelatih nasional Indonesia Shin Tae-yong selama ini?

Disinilah problemnya. Dari evaluasi pertandingan-pertandingan yang ada, kesebelasan nasional Indonesia yang dipimpin Shin Tae-yong , tak ada pendekatan kejelasan sistem pertahanan mana yang dipakai pelatih asal Korea Selatan ini.

Nah, ketidakjelasan sistem pertahanan mana yang dipilih, sering menyebabkan pertahanan Indonesia mudah ditembus oleh kesebelasan yang selevel atau yang lebih kuat dari Indonesia.

Jika dikatakan Indonesia menerapkan sistem -man to man marking, ternyata begitu banyak pemain lawan yang leluasa menembus masuk ke area ke pertahanan Indonesia dengan bebas, sehingga dengan tanpa pengawalan mampu merobek-robek pertahanan Indoensia. Pemain lawan tak ada yang menjaganya.

Sebaliknya jika disebut memakai zone marking, beberapa passing dan terutama bola-bola silang tidak dikawal ketat. Akibatnya cara itu sering membahayakan gawang Indonesia.

Baca juga: Jadwal Piala Asia U23 2024: Laga Debut Timnas Indonesia Jumpa Qatar, Tugas Shin Tae-yong Dobel

Pemain belakang sehebat apapun, jika mereka tidak diinstruksikan memakai metode yang jelas, akan mengalami kerumitan yang ujungnya pertahanan menjadi keropos di sana- sini.

Kelemahan Pertahanan Shin Tae-

Dari beberapa pertandingan terakhir, sangat kentara kelemahan sistem pertahanan pelatih Shin Tae-yong. Lima gol yang melesak masuk ke gawang Indonesia manakala melawan Irak, tak dapat dibantah Shin Tae—yong menjadi salah satu bukti kelemahan sistem pertahanan Indonesia.

Demikian juga saat Indonesia main imbang 1-1 melawan Filipina, terpampang jelas kelemahan sistem pertahanan pelatih berpengalaman itu. Jadi, sama sekali hasil 1-1 bukan lantaran mamakai rumput sintesis sebagaimana dikeluhan Shin Tae-yong. Bahwa rumpurt sintesis itu mempengaruhi permainan Indonesia ada benarnya, cuma tidak signifikan. Dan itu tak ada kaitanya dengan siatem kelemahan pertahanan Shin Tae-yong.

Bagi Indonesia masih “beruntung”para penyerang Filipina bukanlah pemain yang prima. Begitu banyak peluang yang tercipta, mereka hanya mampu menjebloskan sebiji gol saja. Kalaulah mereka pemain yang moncer, setidaknya gawang Indonesia juga minimal sudah kebobolan 5 gol juga!

Contoh lain kelemahan sistem pertahanan Shin Tae-yong, melawan kesebelasan yang agresif, ketika bola mati atau dikuasai kiper Indonesia, lawan sudah menempatkan satu sampai tiga pemainnya di area pertahanan Indonesia. Sebenarnya dengan menempatkan satu sampai tiga pemain di depan, di wilayah pertahanan Indonesia, menyebabkan ada lubang di bagian tengan atau belakang pertahanan lawan yang dapat kita manfaatkan.

Tapi boro-boro melihat peluang itu, pemain belakang Indoensia demi menerapkan doktrin menerapkan “build up” (membangun) serangan dari bawah, malah memberikan bola ke para belakang kita yang berada di pertahanan, bahkan yang di dekat pemain lawan. Walhasil, pemain lawan dapat “mengganggu” dan mencoba merebut bola tersebut. Jika berhasil berarti mereka juga berhasil menyerang wilayah Indonesia langaun di pertahanan Indonesia tanpa memakai banyak tenaga dan waktu dengan amat mudah.

Dalam situasi seperti begini, sering kali pemain belakang kita mengirim umpan ke sesama pemain Indonesia dengan tidak akurat, sehingga dapat dipotong pemain depan lawan yang sejak awal “nongkrong” di pertahanan Indonesia. Dari sini sering tercipta peluang membobol gawang Indonesia.

Begitu pula kalau pemain belakang Indonesia menerima bola dari kiper dan pemain lawan sudah ada di wilayah Indonesia, bola tersebut dapat langsung direbut pemain lawan, karena ketika duel perebutan bola pemain kita, mungkin karena grogi, sering kalah duel. Dan gawang Indonesia pun langsung terangam.

Sewajarnya ketika ada satu sampai tiga pemain lawan ada di wilayah kita, Indonesia barus bermain efektif atau “sederhana.” Bola dapat diberikan kepada pemain Indonesia terjauh yang tidak terkawal, dan dari pemain itu langung lakukan “tusukan” dengan mengiring atau mengoper bola ke pemain depan. Pertahanan lawan bakal kerepotan karena tiga pemain depan mereka sudah tercecer di wilayah Indonesia.

Kelemahan sistem pertahanan Indonesia sangat terkuak saat ada serangan dari sisi kiri atau kanan. Winger lawan dengan mudahnya sering dapat menguasai bola di sisi kiri atau sisi kanan gawang Indonesia. Mereka punya dua alternatif yang dapat menggoyahkan pertahanan Indonesia.

Pertama, pemain sayap lawan teraebut, dapat langsung menusuk ke dalam pertahanan Indonesia. Setelah dekat gawang Indonesia, mereka “cut back” ke jatung terdekat pertahanan Indonesia. Disana sudah menunggu beberapa pemain lain dari kesebelasan mereka. Nah, para pemain ini sering tak terkawal oleh pemain Indonesia dan dengan mudah mereka menjebloskan bola ke gawang Indonesia.

Alternatif kedua, winger lawan segera mengirim bola lob silang, atau umpan silang ke depan gawang Indonesia. Disana para pemain lawan sudah menunggu umpan silang tersebut. Pemain Indonesia kerap kalah duel udara dari pemain lawan. Bola bisa masuk ke gawang Indonesia.

Dalam banyak kasus pemain lawan datang dari second line, sehingga tidak terkawal.

Tak heran belakangan ini lawan-lawan Indonesia sering menerapkan serangan dari sayap kiri atau kanan.Lantas mereka mengirim umpan silang.

Kita juga melihat ada “salah faham” ikhwal konsep “membangun serangan dari bawah.” Para pemain Indonesia umumnnya mengartikan “membangun serangan dari bawah” hanya. memberikan operan-operan dari satu kaki pemain ke kaki pemain lainnya di wilayan sendiri. Mereka tak paham apa maksud sebenarnya dari makna “penyerang dari bawah,” atau kenapa hal itu harus dilakukan.

Seharusnya sistem “membangun seragan dari bawah” diterapkan juga justeru untuk membuka pertahanan lawan.

Oleh sebab itu ketika pemain kita menguasai bola di daerah sendiri tak tidak terkawal, mereka harus membawa bola tersebut lebih dahulu menelusuri daerah yang kosong. Kenapa? Ini untuk mengacaukan komposisi pertahanan lawan. Ketika pemain belakang kita membawa bola tersebut, seharusnya pemain lain berlari tanpa bola mencari posisi yang bebas dari pengawalan lawan. Mungkin dapat memberikan umpan panjang (long ball) langsung ke depan. Atau kemungkinan , membuat umpan terobosan. Dengan begitu pertahanan lawan bakal lebih terbuka.

Selama ini pemain Indonesia menyangka “membangun serangan dari bawah” cuma menguasai bola di daerah pertahanan sendiri, tetapi tidak terkait dengan pertahanan lawan. Padahal “membangun serangan dari bawah”justru untuk menciptakan celah di pertahanan lawan.

Masih ada beberapa kelemahan sistem pertahanan pelatih Shin Tae-yong lainnya. Itu pun belum termasuk kita membicarakan kelemahan pemain salah passing, kurang komunikasi dan sebagainya. Kelemahan pertahanan ini juga belum membicarakan lini tengah yang sering kurang berfungsi sebagai “jangkar” penghubung lini belakang dan lini depan.

Solusi Pemecahan

Tanpa memperbaiki kelemaahan sistem pertahanan Shin Tae-yong, sulit kita mengharapkan kesebelasan Indonesia mampu bersaing dengan kesebelasan negara lain yang lebih kuat. Sebanyak apapun kita meciptakan gol, kita dapat kebobolan lebih banyak lagi, sehingga senantiasa kita keok.

Sebagai pelatih yang berpengalaman Shin Tae-yong pasti sudah mengetahui apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kelemahan sistem pertahanan anak asuhnya.

Sebagai orang luar atau outsider, kita cuma memberikan catatan tambahan saja agar kelemahan itu dapat dihilangkan, setidaknya dikurangi.

Pertama, Shin Tae-yong perlu memperjelas sistem pertahanan apa yang dianutnya. Para pemain wajib diberikan pejelasan apa filosofi sistem pertahanan yang dianutnya. Evaluasi diberikan berdasarkan filosofi sistem pertahanan yang dianut Shin Tae-yong.

Kedua, perlu benar-benar ditanamkan kemampuan pemain belakang melakukan passing akurat. Sekali salah passing, dalam sepak bola modern sering harus dibayar dengan terciptakan gol ke gawang kesebelasan kita. Itu sudah terjadi si kesebelasan Indonesia, pada semua usia sampai senior.

Ketiga, perlunya menciptakan komunikasi “sehati,” bukan hanya sesama pemain belakang, tetapi juga antara pemain belakang dengan pemain lini lainnya.

Dalam sistem pertahanan sepak bola modern, pemain belakang tidak boleh terpisah dengan pemain di lini-lini lainnya. Mereka merupakan satu kesatuan.

Selebihnya merupakan tugas, kewajiban dan tanggung jawab Shin Tae-yong.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini