News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rafael Granada Baay, Kisah Panglima Penjaga Marwah Brawijaya

Editor: Theresia Felisiani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mayjen TNI Achiruddin Dan Paspampres, Mayjen TNI Rafael Pangdam V Brawijaya dan penulis

Ia kini memimpin satuan wilayah, satuan tempur dan bantuan tempur, serta satuan pendidikan. Untuk satuan wilayah, Kodam V/Brawijaya membawahkan empat Komando Resort Militer (Korem). Masing-masing Korem 081/Dhirotsaha Jaya (DSJ) di Madiun, Korem 082/Citra Panca Yudha Jaya (CPYJ) di Mojokerto. Korem 083/Baladhika Jaya (BDJ) di Malang, dan Korem 084/Bhaskara Jaya (BJ) di Surabaya.

Untuk Satuan Tempur dan Bantuan Tempur, memiliki satu brigade, delapan batalyon dan satu kompi kavaleri. Sedangkan, untuk Satuan Pendidikan, selain Rindam V/Brawijaya, terdapat dua sekolah dan tiga depo pendidikan.

Kenangan Tugas

Sebagai prajurit, tentu Rafael memiliki banyak kenangan tugas. Semua tugas itu akhirnya membentuk karakteristik kepemimpinannya hari ini.

Contoh penugasannya dalam Ekspedisi Khatulistiwa tahun 2012 di Pulau Kalimantan. Kegiatan yang juga berkolaborasi dengan elemen masyarakat lain dan perguruan tinggi, itu beranggotakan 1.340 orang.

Mereka menyusuri 60 pos Indonesia di perbatasan Malaysia. Selama ekspedisi, mereka melakukan bakti sosial dan penanaman pohon di wilayah-wilayah lahan kritis. Usai kegiatan, Danjen Kopassus melakukan penanaman simbolis 2.000 pohon hasil sumbangan Kopassus di hutan kota UI, Depok.

Sehari sebelumnya, sebanyak 1.950 pohon telah ditanam oleh 120 prajurit Kopassus di Markas Kopassus Cijantung, Jakarta Timur. Kegiatan ini dipimpin langsung Rafael Granada Baay yang saat itu berpangkat Letnan Kolonel dan menjabat Komandan Detasemen Markas Kopassus.

Selain itu, Rafael juga terlibat dalam Ekspedisi NKRI Koridor Kepulauan Nusa Tenggara tahun 2015. Saat itu, Danjen Kopassus dijabat oleh Mayjen TNI Doni Monardo. Itu adalah ekspedisi Kopassus yang kelima, sejak 2011. Ekspedisi sebelumnya dilakukan di wilayah Bukit Barisan (Sumatera), Khatulistiwa (Kalimantan), Maluku, dan Maluku Utara.

“Saya jadi terkenang almarhum Pak Doni Monardo,” kata Rafael, tiba-tiba. Setelah itu, ia berhenti bercerita. Lidah kelu, suara tercekat. Ia menunduk.

Sesaat kemudian, ia mulai lagi penuturannya. Kali ini ia fokus bicara tentang sosok senior sekaligus komandannya, Doni Monardo, yang wafat pada hari Minggu, 3 Desember 2023 lalu.

“Beliau adalah panutan,” katanya dalam suara berat.

Doni adalah komandan yang keras, tetapi sangat perhatian terhadap anak buah. “Karena itu, meski tidak lagi berdinas di satu kesatuan, saya selalu memantau perkembangan beliau. Sesekali, saya juga menghubunginya. Ada semacam kebutuhan untuk selalu mendengar arahan-arahan beliau,” papar Rafael.

Alhasil, Rafael menjabat Aspotwil Kogabwilhan I yang bermarkas di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Dalam kapasitas sebagai Kepala BNPB dan Ketua Satgas Covid-19, Doni Monardo dan rombongan berkunjung ke Tanjung Pinang. Konteks acaranya adalah pengendalian Covid-19. Saat itu hadir sejumlah menteri dan pejabat daerah. Kisah ini adalah sambungan dari perjalanan karier Rafael saat pecah bintang menjadi Brigjen.

Di Tanjung Pinang, Rafael tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyambut Doni Monardo. Mereka bertemu dalam balutan masker dan pembatasan jarak (social distancing).

Saat rehat, Rafael keluar ruang transit bandara dan ngobrol dengan sejumlah anggota rombongan Doni Monardo. Saya ada di situ.

Rafael antusias menceritakan pengalaman bagaimana kerasnya bimbingan Doni Monardo. “Beliau perfeksionis. Tidak ada kata tidak bisa. Kami semua digembleng untuk mengutamakan kemauan, tekad, dan kerja keras. Maka tidak ada yang tidak mungkin untuk kita lakukan,” ujarnya.

Saat ditanya, bagaimana terjemahan dari kalimat “kerasnya bimbingan” Doni kepada para prajuritnya, Rafael mendadak tertawa. “Dulu, kami benar-benar tegang dan takut kena semprot. Tapi sekarang saya mengenangnya dari sisi yang lucu. Beliau memang sosok yang unik,” katanya.

Doni, kata Rafael, sangat keras terhadap anakbuahnya yang berpangkat perwira. Sebaliknya, terhadap anak buahnya yang tamtama dan bintara, justru sangat kebapakan. Pernah satu kali, Doni menghadiri acara. Sesuai kebiasaan, paling lambat 30 menit sebelumnya dia sudah siap.

Sejenak ia menoleh ke kiri dan ke kanan, seperti mencari sesuatu. “Ajudan mana?” tanya Doni kepada para perwira.

Yang ditanya gelagapan. Doni pun melemparkan tegurannya kepada anak buah yang berpangkat perwira. “Cari!” tegasnya.

Para perwira sontak berhamburan mencari ajudan, yang kemudian didapati masih tidur di kamar penginapan. Tak lama kemudian, ajudan dan para perwira pun nongol. Lembut Doni menyapa ajudan yang berpangkat sersan itu, “He…he… ketiduran ya….?”

Seketika Rafael dan para perwira lain pun hanya saling pandang. Entah apa yang ada di pikiran masing-masing.

Selamat bertugas di bumi Brawijaya brader Rafael.(*)

Penulis adalah pegiat teater, budaya dan juga wartawan senior

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini