OLEH: M. Nigara
BELAKANGAN sedang ramai dibincangkan silang-pendapat terkait Kementerian BUMN. Ada pihak yang mengatakan akan dibubarkan, dan ada juga jawaban yang menegaskan BUMN akan tetap dipertahankan.
Di bulan politik yang menuju ke hari akhir pencoblosan, persilangan pendapat ini tampaknya belum akan reda. Kedua kubu tetap berpegang pada pendapat masing-masing. Sebagai wartawan olahraga senior, saya tidak ingin masuk dalam perdebatan itu.
Saya justru akan mengingatkan kita semua bahwa BUMN sejak lama, memiliki peran sangat besar dalam dunia olahraga nasional. Sejak era Pak Harto, Badan Usaha Milik Negara sudah memiliki peran penting untuk dunia olahraga nasional.
Catatan: Kementerian BUMN memiliki tugas pokok dan fungsi melaksanakan pembinaan terhadap perusahaan negara/BUMN di Indonesia.
Kementerian BUMN telah ada sejak tahun 1973, yang awalnya merupakan bagian dari unit kerja di lingkungan Departemen Keuangan.
Selanjutnya, organisasi tersebut mengalami beberapa kali perubahan dan perkembangan. Dalam periode 1973 sampai dengan 1993, unit yang menangani pembinaan BUMN berada pada unit setingkat eselon II. Awalnya, unit organisasi itu disebut Direktorat Persero dan PKPN (Pengelolaan Keuangan Perusahaan Negara).
Selanjutnya terjadi perubahan nama menjadi Direktorat Persero dan BUN (Badan Usaha Negara). Terakhir kalinya pada unit organisasi setingkat eselon II, organisasi ini berubah menjadi Direktorat Pembinaan BUMN sampai dengan tahun 1993.
Selain mensponsori kegiatan-kegiatan, BUMN pun tidak ragu menampung para atlet. Hebatnya, bukan hanya atlet nasional berprestasi, atlet nasional yang belum mampu meraih prestasi pun diberikan tempat terbaik.
Tidak heran Sutjipto Suntoro, bomber sepakbola nasional yang ketenarannya mampu mencapai Tokyo, Seoul, New Delhi, Bangkok, Malaysia, dan Singapura tercatat sebagai karyawan Bank Bumi Daya, padahal BUMN sendiri baru resmi berdiri 1973.
Begitu pun Wailan Walalangi, peraih emas Ganda Putra tenis, Asian Games 1982, Icuk Sugiarto juara dunia bulutangkis. Dari cabor karate, Elong Chandra sempat mentereng karirnya di Bank Mandiri.
Begitu juga dengan Fredrick Lumanaw, karirnya cukup moncer di Kementerian BUMN. Dan, sederet pemain PSSI Garuda-1: Marzuki Nyakmad, Patar Tambunan, Azhari Rangkuti, Aji Ridwan Mas, dan banyak lainnya berkarir di Bank BTN, BNI, dan BU.
Ya, di BUMNlah mereka melanjutkan karirnya hingga memasuki masa pensiun.
Peran lain terjadi di lingkup sepakbola. PSSI, di masa Kardono 1983-91, lahir Liga Galakarya (event kompetisi antar perusahaan BUMN dan perusahaan swasta besar).