TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sore itu, Minggu (18/2/2024), para alumni Jurusan Seni Rupa Institut Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta, kini Universitas Negeri Jakarta (UNJ), menggelar pameran seni rupa di sebuah galeri di tempat yang sangat bergengsi di jantung kota Jakarta, yakni Pop Up Gallery yang ada di Lv 4 Plasa Indonesia.
Bekerja sama dengan Talenta Organizer, pameran ini akan berlangsung selama sebulan penuh hingga 18 Maret 2024.
Pameran dibuka oleh Prof Dr H Dailami Firdaus, Anggota DPD dan MPR RI periode 2019-2024 yang masih keluarga besar dari UNJ.
“Sebagai anggota DPD, saya akan ikut memperjuangkan agar Dinas Kebudayaan DKI Jakarta memfasilitasi para seniman supaya mendapat akses untuk berkesenian, terutama di Taman Ismail Marzuki (TIM). Saya juga akan mengusulkan ke UNJ agar dibangun galeri pameran untuk mahasiswa dan alumni Jurusan Seni Rupa dapat berpameran secara gratis, sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh para seniman/perupa,” kata Dailami Firdaus saat membuka pameran.
Sebanyak 48 lukisan ditampilkan dalam pameran bertajuk “Tatap Rupa Alumni Seni Rupa IKIP Jakarta/UNJ” ini yang merupakan karya dari 24 pelukis lintas angkatan.
Baca juga: Akusara Aplikasikan Teknologi Sensory Marketing di Industri Pameran
Mereka adalah Kembang Sepatu, Yuhaslinda, Syafrudin, Masagung Kirasave, Casjiwanto, Oceu Apristawijaya, Dina Lestari, Saffa Inayati, Marwan, Nasrul, Fetty Fatimah, Deden Hamdani, Sarnadi Adam, Prasetya Gautama, Ireng Halimun, Sahuri, Yuli Riban, Shamady Nura, Day Hidayat, Yusuf Dwiyono, Umam, Vy Patiah, Tri Sabariman dan Jan Praba.
Salah satu lukisan yang mencolok dan “bersinar” adalah “Noyce” (akrilik di atas kanvas, 100 cm x 100 cm, 2023) karya Kembang Sepatu, pelukis kelahiran Pemalang, Jawa Tengah.
“Noyce” menggambarkan dua sosok gadis Generasi “Zoomer” atau “Gen Z” yang disebut juga “Igeneration” (generasi Internet) atau generasi sosial media (sosmed), yang sangat "addict" (kecanduan) infomasi atau berita terkini.
“Mereka merasa khawatir jika tidak ‘up date’ informasi terkini, atau hal ini disebut dengan karakter ‘fear of missing out’. Gen Z dilahirkan dan dibesarkan dalam pengasuhan yang terlalu protektif di tengah kondisi dunia yang serba tidak menentu, serta ada tranformasi digital sehingga menjadi generasi yang mudah stres karena menerima terpaan informasi yang berdatangan dari berbagai penjuru dan kondisi yang cepat berubah, serta serba acak,” kata Kembang Sepatu di lokasi pameran yang tergolong eksklusif ini.
Maka, kata Kembang Sepatu, dibutuhkan kemampuan memilih dan memilah informasi yang diterima.
“Gen Z merupakan generasi yang memprioritaskan uang/finansial dan emosi yang cenderung labil. Cara yang dapat dilakukan agar Gen Z tidak tergerus oleh pengaruh negatif gelombang besar arus informasi digital adalah dengan memegang teguh ajaran agama masing-masing,” jelas Kembang Sepatu berbagi solusi kepada Gen Z yang suka galau.
Ireng Halimun, salah seorang perupa peserta pameran yang sekaligus seorang jurnalis berharap, pameran ini bukan sekadar acara kelangenan atau bernostalgia tentang kehidupan kampus di masa lalu (hulu).
Namun harus dijadikan wahana yang positif dalam peningkatan pemikiran dan proses penciptaan karya seni rupa menuju karya yang dapat diperhitungkan dan diapresiasi di tengah perkembangan karya seni rupa nasional dan internasional (hilir).