Membuat nothing menjadi something adalah pekerjaan yang tidak mudah. Di situlah kejelian lain seorang STY.
Sayang PD U20, karena politik praktis terpaksa bergeser dari Indonesia.
Dari satu sisi, STY dan tim memiliki keberuntungan. Persiapan bisa dilanjutkan dan memiliki jam yang lebih lama. Maka, ketika kita melihat penampilan timnas U23 begitu luar biasa, ini pasti karena persiapan yang baik sejak awal dan bertambahnya jam terbang.
Jangan lupa, di Piala Asia U23, 2023 di Qatar, anak-anak kita bukan hanya menang skor 1-0 atas Australia, 4-1 atas Yordania, dan 2-2 (11-10) atas Korsel, tapi mereka juga mampu menampilkan permainan berkelas.
Kemenangan atas Korsel itu merupakan kemenangan ke-7 sejak 1952. Seluruhnya sudah 58 pertemuan, timnas kita 7 menang, 8 seri, dan 43 kalah.
Jadi, kalau ada pengamat yang mengatakan semua itu hanya kebetulan, kita tak perlu marah. Kita bilang saja: "Sorry ye, sorry ye..."
Selain itu, keberhasilan timnas U23 kita menggapai semifinal, juga berkat kerja keras semua pihak. Apalagi, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir yang menggantikan Iwan Bule, mau turun langsung ke masalah-masalah yang agak teknis. Artinya, ketika STY mengatakan butuh pemain seperti ini dan itu, Etho sapaan akrab Ketum, langsung berjibaku untuk mendapatkannya.
Sekali lagi, jika langkah itu oleh seorang pengamat yang patut dapat diduga, tidak ingin STY dan Indonesia sukses, disebut langkah berlebihan. "STY keenakan disuapin terus oleh Ketum, " katanya.
Padahal langkah Ketum memenuhi permintaan STY adalah untuk kesuksesan timnas yang artinya demi mengharumkan nama bangsa. Permintaan STY sendiri juga bukan tanpa dasar. Tujuannya ya hanya satu, mengangkat harkat dan martabat bangsa lewat sepakbola.
Semoga di partai semifinal, Rizky Ridho dan kawan-kawan kembali mampu menampilkan permainan terbaik....
Aamiiin ya Rabb.
*M. Nigara, Wartawan Sepakbola Senior