TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Pekan lalu, China membuat semacam pertunjukan diplomatik menarik saat Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi Beijing, China.
Saat tiba di Beijing, Blinken yang menggunakan pesawat khusus disambut alakadarnya oleh pejabat tingkat rendahan China.
Tangga yang digunakannya turun dari pesawat juga biasa saja, tidak berkarpet merah seperti layaknya penghormatan untuk penyambutan pejabat tinggi negara lain.
Lalu saat menemui Presiden X Jinping, terekam kamera Xi Jinping sesaat mondar-mandir di ruangan sembari menunggu kedatangan Blinken.
Xi Jinping bertanya ke pembantu terdekatnya, kapan Blinken pergi meninggalkan Beijing. Pertanyaan yang menyiratkan ia ogah berlama-lama menyambut Blinken.
Ini adalah orkestrasi politis tingkat tinggi yang dilakukan China menghadapi arogansi Washington di berbagai lini di ranah global.
Blinken datang ke Beijing membawa misi mendesak China agar menjauhi Rusia, dalam perang melawan Ukraina dan NATO.
Misi yang jelas-jelas bakal gagal diwujudkan Gedung Putih. Beijing bergeming, dan tetap pada posisinya saat ini yang tak tergoyahkan.
Baca juga: AS Dituduh Miliki Standar Ganda soal Dugaan Pelanggaran HAM oleh Israel, Blinken Langsung Bantah
Baca juga: Dua Kapal Induk China Tinggalkan Pangkalan Jelang Nancy Pelosi ke Taiwan, AS Siagakan 4 Kapal Perang
Pertunjukan kedua yang tak kalah menariknya, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN) pada 1 Mei 2024 memamerkan Fujian, kapal induk terbaru asli buatan Tiongkok.
Kapal induk raksasa itu meninggalkan galangan kapal Jiangnan di China timur, untuk berlayar menjajal perairan Laut China Selatan.
Pertama kali gambar kapal induk Fujian dirilis Juni 2022, dan kini kapal itu sudah muncu secara fisik menyusul dua kapal induk lain yang sudah beroperasi.
China sudah memiliki kapal induk Shandong, yang mulai bertugas sejak 2019. Kapal induk pertama China adalah Liaoning, hasil permak ulang kapal induk rongsokan milik Ukraina (eks Soviet).
Shandong dan Liaoning memiliki kesamaan rancang bangun dari kapal induk kelas Kutznesov dari masa Uni Soviet.
Berlayarnya Fujian menandai babak baru sangat seru pertunjukan kekuatan militer China, yang praktis kini menjadi penantang paling serius hegemoni AS.