Secara teknis Blue Screen of Death adalah tanda bahwa sistem operasi Windows mengalami masalah serius dan, layar menampilkan kode kesalahan yang sulit dipahami oleh pengguna awam.
Akibatnya layanan publik di seluruh dunia juga mengalami kemacetan dan tidak bisa dibuka, meski tidak sama namun mirip seperti ketika Imigrasi Indonesia yang datanya di PDNs tidak bisa dibuka bulan lalu.
Meski penyebab utama dari masalah ini masih diselidiki secara pasti namun banyak pengguna melaporkan bahwa masalah ini muncul setelah mereka melakukan pembaruan sistem keamanan dari perusahaan bernama CrowdStrike.
Perusahaan ini memang bekerja sama dengan Microsoft utk melindungi sistem Windows dari serangan siber.
Secara jujur pihak CrowdStrike sendiri sdh mengakui adanya masalah ini dan langsung berusaha keras untuk mencari solusinya dalam hitungan jam, maksimal 1 sampai 2 hari kemarin, bukan berminggu-minggu seperti ketika kasus bobolnya PDNs-2 Surabaya itu.
Sebuah perbandingan penananganan secara profesional disana dan amatiran disini.
Oleh karenanya dalam berbagai kesempatan saya selalu masih mengingatkan bahwa kasus yg dialami PDNs-2 di Surabaya tersebut bukanlah yang terakhir yang akan masih bisa dialami dan merugikan masyarakat, karena kalau melihat de facto dan de jure penanganannya hanya seperti sekarang ini maka bisa diprediksikan bahwa data2 milik kementerian, lembaga, pemerintah daerah hingga ke perorangan alias data pribadi Indonesia dalam masalah besar dan bukannya tidak mungkin efek/akibatnya akan jauh lebih besar dari kemarin.
Karena selain hanya seorang DirJen Aptika saja yang sudah mengundurkan diri (Samuel Pangerapan, kini sudah diganti oleh Hokky Situngkir), tidak ada Oknum lain yang ditindak padahal sudah nyata dan jelas bukti-buktinya.
Upaya keras oleh SafeNet untuk "meng-Kartu Merah-kan" Menkominfo dalam bentuk Petisi di dunia maya dan sempat didukung oleh Demo Aliansi Masyarakat didunua nyata alias didepan Gedung Kemkominfo di jalan Merdeka Barat pun tampak pupus ditengah jalan.
Memang budaya malu di Indonesia sudah bisa disebut hilang saat ini, karena jangankan mundur dgn kesadaran sendiri (seperti yang dilakukan Sammy), Menkominfo yang sudah jelas-jelas gagal dan dibuat petisi bahkan didemo besar saja tidak merasa salah.
Padahal kalau di Jepang mungkin saja yangbersangkutan sudah melakukan harakiri karena saking malunya, disini malahan harakanan karena tidak punya malu.
Kesimpulannya, rakyat Indonesia sudah cerdas utk bisa menilai bagaimana Rezim ini yang dipresentasikan oleh Menkominfo menangani masalah publik secara abai, serampangan, bahkan bisa disebut jauh dari kata bertanggungjawab seperti cara handle kasus bobolnya PDNS2 Surabaya sejak bulan lalu dan belum bisa dikatakan tuntas hingga sekarang.
Apakah semua kegagalan ini masih mau "diresmikan" besok tgl 17 Agustus 2024 sebagaimana rencana semula peresmiannya sebagai "Kado Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-79" ?
Sungguh Terwelu (baca: terlalu) jika ikut2an dipaksakan sebagaimana rencana karbitan lainnya yang akan dilakukan pada momen yang seharusnya sangat bersejarah tersebut.