Tidak ada yang salah dalam menggunakan pemain naturalisasi. Para pemain keturunan tersebut juga cukup bangga bisa membela tanah airnya meskipun mereka lahir dan besar di luar negeri.
Ini adalah kesempatan emas bagi Indonesia untuk unjuk gigi ke kancah internasional. Di Kawasan Asia Tenggara, selama ini Indonesia dipandang sebelah mata.
Namun kini, Tim Garuda yang menjadi kebanggaan warga Asia Tenggara. Hanya Timnas Indonesia yang sampai lolos pada babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Negara langganan lolos kualifikasi ronde ketiga Zona Asia seperti Thailand dan Vietnam, sudah angkat koper pada babak kedua.
Baca juga: Cukup 2 Laga Bikin Kicep, Timnas Indonesia Gasak Rekor Vietnam di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Kesempatan berlaga di kancah Piala Dunia ini, sekaligus menjadi pembelajaran bagi pemain asli Indonesia agar lebih matang secara teknis, mental sekaligus ketahanan fisiknya.
Pelajaran yang dapat dipetik dari para pemain keturunan, antara lain kemampuan teknis, ketahanan fisik, hingga semangat juang yak tak kenal lelah meski lawannya sangat tangguh.
Bahkan, beberapa pemain naturalisasi menjadi contoh baik sportifitas saat berlaga. Tak segan mereka menyemangati rekannya yang mulai kelelahan maupun memberi teladan agar pemain tak emosi ke lawan serta agar tak banyak protes ke wasit maupun hakim garis.
Sportifitas inilah yang menjadi catatan besar bagi pemain sepak bola di Indonesia. Hingga hari ini, masih saja terjadi pemain adu fisik, pemain menyerang wasit atau hakim garis, pemain bermain kasar dan emosional saat berlaga.
Mari gunakan momentum Timnas Indonesia berlaga di ajang kualifikasi Piala Dunia ini untuk belajar banyak tentang teknik, sportifitas hingga ketahanan fisik. Para pemain di level Asia mencontohkan betapa kemampuan tekniknya begitu luar biasa saat berlaga. Mereka juga menunjukkan tingginya sportifitas.
Yang tak kalah penting untuk dilakukan adalah melakukan pembinaan secara dini dan sistematis terhadap talent terbaik di tanah air. Caranya yakni melalui kompetisi dari tingkatan usia.
Selama ini kita hanya memiliki kompetisi usia dari 14 tahun ke atas dan itupun jumlahnya sangat minim.
Talent terbaik adalah terbentuk dari usia dini dan terus digembleng serta matang pengalaman karena ada kompetisi berjenjang.
Baca juga: Jalan Kelolosan Timnas Indonesia jika Kalahkan Australia, Jalan Garuda Makin Cerah ke Piala Dunia
Kemudian ada level liga yang sejak awal harus mengutamakan profesionaisme serta sportifitas. Tak jarang liga sepak bola dijadikan ajang untuk kepentingan tertentu dari pemilik atau pengelola. Para pemain juga penghasilannya banyak yang tak menentu.
Kompetisi yang profesional, fairness akan membentuk pemain menjadi profesional dan kaya akan pengalaman.
Sehingga kelak, meskipun nanti tetap ada pemain naturalisasi di Timnas, jumlahnya bisa berimbang dengan pemain asli Indonesia yang kualitasnya diharapkan sama atau justru lebih baik.
Selamat bertanding, Timnas pasti menang !