Namun harus diingat bahwa itu semua tergantung dari persepsi publik terhadap "siapa" yang bicara alias faktor dari sang komunikator yang memang krusial terhadap komunikannya.
Pesan konunikasi yang baik adalah ketika pesan yang disampaikannya bisa dimengerti dengan tepat, sesuai yang diinginkan dan bukan malah dipersepsikan berbeda alias beda maknanya.
Pesan tersebut juga tergantung kepada locus dan tempus-nya, alias lokasi dan waktu dilakukannya.
Menunjukkan penggunaan rompi bermerk ditengah-tengah penduduk pra-sejahtera yang memiliki rumah dengan kondisi sangat memprihatinkan dan di saat panggilan "Mulyono" ditujukan sebagai panggilan negatif kepada JW rasanya adalah kebodohan yang dipertontonkan secara vulgar sekaligus sifat pongah dari mereka yang sudah merasa seperti seolah-olah keturunan "Raja Jawa" (Catatan: bukan Raja Jawa sesungguhnya karena sangat jauh dari faktor ideologis apalagi biologisnya).
Artinya "Gymmick nDeso" yang ditunjukkan KP kemarin sudah out-of-date, alias basi.
Rakyat Indonesia kini sudah sangat mengerti bagaimana sebenarnya kelakuan dinasti tersebut, yang dulu selalu dicitrakan sebagai "merakyat", sampai-sampai digambarkan dengan "baju putih seharga hanya 100 ribuan', 'sepatu buatan lokal murah" dan sebagainya namun faktanya ternyata alias 180° kebaliksnnya.
Mulai dari menenteng tas mewah bermerk seperri Dior, LV, Hermes yang berharga ratusan Juta rupiah, hingga kebiasaan naik Jet Pribadi (Gratifikasi), kini sudah jadi gaya hidup mereka sehari-hari. Ini semua banyak tercyduk dalam foto-foto maupun video yang mulai dimunculkan publik oleh Netizen +62.
Kembali khusus kepada kasus Gratifikasi Pesawat Jet Pribadi yang secara tidak jujur disampaikan oleh KP kemarin di KPK, jelas seharusnya sudah bisa merupakan temuan bagi KPK untuk menindaklanjutinya.
Karena diketahui KP kemarin hanya melaporkan 1 (satu) dari setidaknya 4 (empat) perjalanannya menggunakan Pesawat milik Gang Ye (GY), pengusaha SEA Limited (Shopee, Garena, FreeFire dsb) asal Singapura tersebut.
Dimana meski selalu disebut KP adalah "bukan pejabat" publik, dia jelas-jelas kini mengakui (baca: menantang) dengan menggunakan Rompi bertuliskan "Putra Mulyono" sekaligus "Adik Fufufafa" bilamana mau dibuatkan Rompi-nya sekalian.
Jelasnya, KP di KPK hanya melaporkan perjalanan tanggal 18/08/2024 saja, sedangkan perjalanan-perjalanan sebelumnya misalnya 25/08/2023 (yang video viralnya tampak KP, EG menenteng tas-tas belanjaan mewah merk Dior disambut GY bercelana pendek di Bandara Solo).
Data detailnya pernah saya tulis, mulai dari Bandara Seletar (XLS) di Singapore, Halim Perdanakusuma (HLP) Jakarta, Denpasar (DPS) di Bali hingga Adisumarmo (SOC) di Solo.
Kemudian 17/09/2023 bahkan terdeteksi dari Nagoya (NGO) Jepang ke HLP, SOC dan balik lagi ke HLP.
Belum lagi di tahun 2024 ini, 25/07/2024 alias sebulan sebelum ke AS yang dilaporkannya ke KPK, Jet Pribadi milik GY tersebut terdeteksi bolak balik Bandara XLS, HLP dan SOC kembali.