News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Mengembalikan Kedigdayaan Militer Indonesia Sebagai Macan Asia

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Marsma TNI (Purn) Dwi Badarmanto: Mantan Kadispenau / Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.

Oleh Marsma TNI (Purn) Dwi Badarmanto

Mantan Kadispenau / Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran di Pilpres 2024

MILITER Indonesia menjadi Macan Asia. Itu terjadi tahun 1950-1960. Dalam periode tersebut, Bung Karno belanja alat utama sistem persenjataan (alutsista) sedemikian masifnya. Dua alutsista yang banyak dibeli adalah kapal perang dan pesawat tempur, mengingat kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. 

Kini, 64 tahun kemudian, atau menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Tentara Nasional Indonesia (TNI), Sabtu (5/10/2024), muncul pertanyaan: kapan militer Indonesia akan kembali digdaya dan menjadi Macan Asia?

Berdasarkan data Global Firepower (GFP) yang mendata kekuatan militer negara-negara di dunia berdasarkan 60 faktor untuk menentukan skor Power Index, mulai dari kuantitas unit militer, kondisi keuangan, hingga kemampuan logistik dan geografi, Indonesia termasuk negara dengan militer terkuat di dunia pada urutan ke-13 di tahun 2024 ini. Indeks kekuatan militer Indonesia berada di angka 0,2251. Hal ini juga menjadikan militer Indonesia berada di posisi paling atas di wilayah ASEAN.

Dilihat dari jumlah pasukan, Indonesia memiliki sekitar 1 juta pasukan, di antaranya 400 ribu tentara aktif. Anggaran belanja militer Indonesia mencapai US$ 25 miliar tahun 2024 ini. 

Namun untuk tingkat Asia, Indonesia masih kalah dari China, India, Korea Selatan, Jepang dan Pakistan yang masuk 10 besar negara dengan militer terkuat di dunia. Posisi pertama adalah Amerika Serikat, kedua adalah Rusia, dan ketiga adalah China. Pendek kata, militer Indonesia belum dapat disebut sebagai Macan Asia meskipun sudah menjadi yang terkuat di ASEAN.

Di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto sebagai Presiden RI per 20 Oktober nanti, kita berharap tokoh yang akan mengakhiri tugasnya sebagai Menteri Pertahanan itu dapat mengembalikan kedigdayaan militer Indonesia menjadi yang terkuat di Asia sehingga bisa disebut kembali sebagai Macan Asia. 

Di era yang sudah canggih ini, TNI tampaknya juga perlu memanfaatkan drone atau pesawat tanpa awak sebagai alutsista untuk keperluan pertahanan dan keamanan. 

Drone akan meningkatkan efisiensi, meningkatkan keselamatan dan menghemat biaya. Drone juga menyediakan aksesibilitas ke daerah terpencil untuk berbagai keperluan.

Sayangnya, anggaran militer Indonesia tahun 2024 yang baru mencapai 25 juta dolar AS atau setara 0,78 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) belum ideal. Idealnya adalah 1-2 persen dari PDB. 

Tantangan Berbeda

Seiring perjalanan waktu,  apalagi setelah masuk era teknologi informasi, ancaman yang dihadapi Indonesia pun berbeda dari sebelumnya. Lebih kompleks. Jika sebelumnya ancamannya adalah perang konvensional atau perang fisik, baik di darat, di laut maupun di udara, kini ancamannya bertambah, yakni perang proksi atau "proxy war", perang asimetris, dan perang siber atau "cyber war".

Perang proksi adalah konflik militer di mana satu atau lebih pihak ketiga secara langsung atau tidak langsung mendukung satu atau lebih negara atau non-negara yang terlibat dalam upaya untuk memengaruhi hasil konflik dan dengan demikian memajukan kepentingan strategis mereka sendiri atau melemahkan kepentingan lawan mereka.

Perang proksi diidentifikasi memiliki dua ciri, yaitu perang lokal dan tidak ada intervensi kekuatan militer dari luar. Pihak pelaku utamanya hanya mengendalikan dari jarak jauh dan memberi bantuan atau dukungan baik material maupun non-material sesuai dengan situasi yang ada.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini