News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Masalah Sosial Merupakan Ancaman Bagi Perdamaian

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Komisi Kerawam Keuskupan Agung Medan, Pastor Yosafat Ivo Sinaga OFMCap

 

DULU bangsa kita terkenal karena sikap kekerabatan dan gotong royong yang dimiliki oleh segenap rakyat Indonesia.  Kini gelar kebanggaan itu sirna seiring dengan munculnya statement negatif “Indonesia identik dengan bencana alam, kekerasan, penutupan rumah ibadat dan teroris.”

Berbicara tentang bencana alam, kita tidak kuasa dan berhak mempersalahkan siapapun kendati kita menganalisa bencana alam yang mana?

Kalau banjir, longsor, itu merupakan keserakahan manusia yang tidak memelihara alamnya dengan baik dan bijak. Namun bencana alam yang lain, Tsunami, gempa bumi kita hanya mampu merenung dan bernyata, mengapa? Bagaimana tentang masalah sosial lain seperti: teror bom (teroris), sikap menyegel merusak dan membakar rumah ibadat, demonstrasi yang tidak terkendali?

Mengapa di negara kita, semakin sering terjadi masalah sosial yang bertentangan dengan semangat dan nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945?

Sosial ekonomi

Pantas di kedepankan kesenjangan sosial ekonomi yang semakin nyata di Negara kita. Benar bahwa pemerintahan sekarang berhasil mengurangi jumlah kemiskinan dan sukses menaikkan pertumbuhan ekonomi menjadi kisaran tiga atau empat persen, tetapi “kualitas’ kemiskinan semakin nyata.

Misalnya, benar bahwa pemerintah mampu mengurangi jumlah penduduk yang miskin menjadi 31 juta orang, tetapi kualitas kemiskinan yang 31 juta itu semakin memprihatinkan.

Apa hubungan kemiskinan dengan masalah sosial? Kemiskinan adalah titik berangkat yang menjerumuskan kualitas manusia semakin merosot. Orang miskin jelas tidak akan mampu mengecap pendidikan yang bermutu namun sangat mahal. Kalau tidak ada pendidikan, kerangka dan pola pikir masyarakat sangat rendah.

Baca juga: Prabowo Diharapkan Lanjutkan Diplomasi Internasional Jokowi Suarakan Perdamaian dan Misi Kemanusiaan

Hal ini berakibat kesadaran akan pentingnya nilai hidup sangat miskin. Konsekwensi utamanya ialah mereka yang miskin gampang dieksploitasi oleh mereka yang kaya dan bahkan berpendidikan.

Mereka yang miskin gampang diperalat dan direkrut dengan tujuan yang tidak baik, seperti, merampok, membunuh, bom bunuh diri, dan tindakan anarkis lainnya, dengan imingan bayaran seadanya. Intinya gampang dihasut dan dibayar. 

Katherine van Wormer dalam bukunya Social Welfare and Social Work mengatakan, “Gap antara orang kaya dan miskin semakin menganga di belahan dunia ketiga atau negara yang sedang berkembang. Ini menjadi salah satu akar dari masalah sosial yang terjadi di negara yang sedang berekembang, termasuk Indonesia.

Pudarnya wibawa dan pengaruh pemimpin agama.

Pemimpin agama sangat berperan meciptakan suasana yang kondusif di negara kita. Saya masih percaya bahwa semua pemimpin agama masih setia menanamkan nilai luhur dan semangat kasih dari setiap agamanya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini