Solihin diambil dari nama petinggi TNI yang orang Sunda dan pernah bertugas di Makassar sebagai Pangdam Hasanuddin.
Namanya Mayjen TNI Solihin GP. Masa itu sang panglima dikenal populer dan cukup dekat dengan aktivis mahasiswa dan tokoh masyarakat, khususnya di Sulawesi Selatannya, kampungnya Jusuf Kalla.
Sejak kecil Ihin sudah diperkenalkan pada dunia usaha oleh ayahnya.
Namun baru pada tahun 2000, setelah menyelesaikan pendidikan, ia mulai lebih serius mengurus perusahaan keluarga.
Adaptasi Ihin di dunia bisnis tidak membuatnya kesulitan, karena dirinya merupakan jebolan dari Jurusan Bisnis Internasional Universitas Duke, di Amerika Serikat.
Ia menikah dengan Pinta Bestari dan dikaruniai empat anak.
Sebagai anak lelaki satu-satunya, Ihin menjalani kariernya dari bawah.
Berproses, bertahap dan berjenjang. Kemudian dipercaya menjadi CEO di Kalla Grup yang membawahi sejumlah perusahaan yang bergerak di berbagai bidang usaha, seperti otomotif, industry, jasa, perdagangan, transportasi, energi, properti, infrastruktur dan lainnya.
Sudah lama tidak bertemu Ihin. Memori saya terbawa pada pertemuan pertama kali dengannya beberapa tahun silam.
Di Makassar, Sulawesi Selatan. Waktu itu menjelang pertemuan akbar para Saudagar Bugis Makassar (PSBM).
Kegiatan akbar yang diinisasi ayahnya, Jusuf Kalla dkk digelar setiap tahun. Dan biasanya dilaksanakan seminggu setelah lebaran.
Targetnya memanfaatkan momentum pulang kampung para saudagar dari perantauan.
“Permisi…permisi,” ucap pria menerobos kerumunan wartawan di ruang outdoor lantai dasar bangunan yang masih tahap finishing dan sekarang dikenal gedung Wisma Kalla.
Letaknya di tengah kota Makassar. Persisnya, hanya selemparan batu dari eks rumah tokoh pahlawan nasional Dr.Gerungan Saul Samuel Jacob (GSSJ) Ratulangi yang juga Gubernur Sulawesi pertama.