Laporan Reporter Tribun Lampung, Yoga Noldy Perdana
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Jika kita membicarakan sebuah kota yang ideal, maka ada hal yang harus kita pahami.
Yaitu kota yang layak untuk dihuni (liveable) dan berkelanjutan (sustainable).
Alasannya, semua yang dibutuhkan oleh warganya tersedia di tempatnya berhuni itu sendiri, yang bernama "kota".
Dosen Teknik Sipil Universitas Bandar Lampung (UBL), Pengamat Tata Kota IB Ilham Malik, menuturkan karena semuanya ada di kota ideal itulah, kehidupan warga kotanya pun terasa menjadi sangat nyaman.
Hampir tidak ada kekhawatiran yang muncul di kehidupan para warganya, karena pemerintahan kota tersebut, telah dengan baik menyediakan apa yang dibutuhkan oleh warganya, Jumat (16/10/2015).
Ilham Malik menuturkan, impian akan sebuah kota ideal sudah ada sejak zaman kuno, diimpikan dan diharapkan ada dan akan terbangun di bumi ini.
Meskipun pada kenyataannya, hingga hari ini, tidak ada satu pun kota yang mampu dibangun dengan wujud ideal sebagaimana yang digadang gadang oleh Plato dengan kota alantis, garden city oleh Howard, dan sebagainya.
Penyebabnya adalah karena adanya realitas yang sulit dijawab dan diselesaikan oleh kota itu sendiri.
Menurutnya, realitas atau hambatan yang ada dalam membangun sebuah kota ideal adalah adanya keterbatasan ruang kota, adanya keterbatasan sumber daya alam, keterbatasan sumber daya manusia, keterbatasan organisasi, dan adanya keterbatasan anggaran untuk membangunnya.
Belum lagi adanya intrik-intrik politik kekuasaan, atau adanya kepentingan pengusaha yang ingin mendominasi segala sesuatunya (agar bisa mengendalikan penguasa).
Praktik kolutif dan koruptif mengadang upaya untuk membangun sebuah peradaban ideal di sebuah wilayah yang disebut dengan kota ideal.
Bandar Lampung sebagai bagian dari kota-kota di dunia, mengalami masalah serupa dengan semua kota yang ada di dunia, meskipun dalam kadar-kadar tertentu.
Kota Bandar Lampung mengalami persoalan serius dalam kategori liveable dan sustainable tadi.