Laporan Wartawan Tribun Medan / Nikson Sihombing
TRIBUN-MEDAN.com,MEDAN - Hari ketiga kegiatan Jong Arts Batak Festival (JABF) dihadiri oleh ratusan pengunjung. Satu rangkaian kegiatan yang menarik perhatian pengunjung di JABF ialah pemeran seni rupa yang diadakan di gedung gedung galeri Taman Budaya Budaya Sumatera Utara (TBSU), Jalan Perintis Kemerdekaan, Medan. Di dalam gedung sudah terpajang 65 karya seni hasil karya 55 seniman Sumatera Utara.
Panitia Koordinator pameran, Salomo Fedrico Purba mengatakn hingga hari kedua pameran lukisan yang menjadi favorit bagi pengunjung ialah lukisan rumah adat. Menurutnya hal itu, karena kaum umum masih melihat konteks yang realis. Maksudnya ialah pengunjung lebih suka foto yang mudah untuk dipahami.
" Hingga hari kedua, masyrakat lebih suka melihat gambar rumah adat dan pemandangan. Kalau lukisan rumah adat yang dipamerkan ialah rumah adat batak Toba dan Karo ," ujar pria berambut gondrong ini, Kamis (29/10/2015)
Menurutnya masyarakat yang melihta foto selain konsep realis masih bingung untuk menerjemahkan fotonya. Jadi pengunjung tidak mau bingung dengan hasilnya. Oleh karena itu pengunjung lebihb betah berlama-lama melihat foto pemandangan atau rumah adat.
Rika Melina Barus, seorang pegunjung mengatakan dalam pameran tersebut ia melihat berbagai jenis lukisan. Beberapa lukisan itu ialah lukisan yang menggambarkan rumah adat, ubi kayu, bunga, pemandangan, ikan dan berbagai lainnya. Namun yang paling disukainya ialah danau dan rumah adat.
" Aku suka lukisan pemandangan danau karena membuat serasa damai. Dengan gambar yang biru menghasilkan warna yang soft. Gambar itu serasa membuat berada di Danau Toba ," ujar wanita berkacamata ini di ruang galeri TBSU.
Lukisan yang paling ia tidak pahami ialah lukisan beraliran kubisme. Baginya aliran kubisme susah dipahami karena dominan menggunakan gambar kotak-kotak. Baginya lukisan itubterkesan berantakan dan tidak mengerti maksud lukisan tersebut.
Tak berbeda jauh dengan Rika, pegunjung yang masih duduk di bangku kelas satu Sekolah Menegah Pertama(SMP) mengatakan hal yang sama. Baginya ia lebih suka gambar yang to the point. Maksudnya ialah gambar yang langsung membuat pengunjung mengerti pesan sebuah lukisan.
" Tidak semua lukisan yang ada di gedung galeri ini mengerti maksudnya. Karena aliran seninya itu sudah lain dari yang nyata (real). Aku hanya paham dengan aliran suryalis. Contohnya ialah lukisan uang seribu rupiah yang lama dengan gambar Sisingamagaraja ," katanya.