Laporan Reporter Tribunnews Video, Ratino Taufik
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Bukan prestasi ataupun medali, satu kata saja yang mampu diucapkan muridnya sudah menjadi sebuah kebahagiaan dan kebanggaan bagi Sumiyati, S.Pd.
Mengajar sejak tahun 1984 di SLB Negeri Pelambuan, Sumiyati menjadi guru senior di sekolah yang beralamat di Jalan Barito Ulu, Pelambuan, Banjarmasin Barat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang kini terdiri dari SDLB, SMPLB, dan SMALB tersebut.
Suka dan duka dalam mengajar murid disabilitas sudah pernah dialaminya.
Foto-foto: Sumiyati tengah mengajar di Kelas I b SLB Negeri Pelambuan, Banjarmasin, Rabu (25/11/2015). (Banjarmasin Post/Ratino Taufik)
Saat Tribun berkunjung ke SLB Negeri Pelambuan, Rabu (25/11/2015), Sumiyati tengah mengajar Kelas I b.
Terlihat dengan sabar dan telaten Sumiyati mengajari pengucapan kata-kata kepada murid tuna rungu.
Sesekali, selain ucapan, Sumiyati menggunakan bahasa isyarat dengan menggunakan tangan saat berkomunikasi dengan lima orang muridnya.
"Kalau anak itu dari ndak mengerti, dan dari ndak bisa mengucapkan apa-apa, kemudian bisa mengucapkan huruf a atau kata ibu atau bapak, atau mengucapkan nama benda-benda di sekelilingnya, itu merupakan sebuah kepuasan hati bagi saya," ungkapnya.
Dirinya berharap kedepannya akan semakin banyak guru SLB yang diangkat menjadi PNS.
Karena dari 26 guru yang mengajar 146 murid di SLB Pelambuan, hanya 10 guru yang berstatus PNS. Sedangkan sisanya adalah guru honorer.
"Harapannya kalau banyak guru PNS yang mengajar di sini, proses belajar mengajar bisa lebih maksimal," ujarnya.
Karena, lanjutnya, untuk siswa berkebutuhan khusus memerlukan penanganan yang lebih khusus dan spesifik, berbeda dengan murid di sekolah umum biasa.
"Kalau di sekolah biasa, satu guru bisa menangani satu kelas yang berisi 25 murid. Tapi kalau di sini satu guru maksimal menangani lima murid," katanya.(*)