Laporan Wartawan Sriwijaya Post, Fajeri Ramadhoni
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Risiko yang dihadapi memang tidak main-main. Nyawa menjadi taruhannya.
Para penambang sumur minyak tua, tahu persis, jika terjadi ledakan, maut bisa menjemput mereka.
Mereka siap mati demi menghidup anak istri.
Ratusan warga Kabupaten Muba tepatnya di Kecamatan Sangga Desa, Desa Keban, Kecamatan Babat Toman, Desa Sungai Angit, Kecamatan Lawang Wetan, Desa Rantau Panjang, Kecamatan Sekayu, Desa Talang Piase dan beberapa lokasi lain, terus menjalani hidup menjadi penambang emas hitam.
Mereka kelola sumur minyak peninggalan Hindia Belanda dari generasi ke generasi.
Bahkan, mereka mulai berpikir bagaimana mengebor sendiri di saat sumur bor tua tidak lagi mengeluarkan minyak.
Kucingan-kucingan dengan aparat telah menjadi makanan mereka sehari-hari.
Ratusan sumur bor minyak tradisional tersebar di setiap tempat.
Kawasan yang semula hamparan kebun karet ini kini berubah jadi tempat dengan aroma minyak yang menyengat.
Kiri kanan jalan dengan kepulan asap hitam tak berhenti menandakan emas hitam dari sumur telah disuling menjadi minyak siap jual.
Di Muba diperkirakan ada sekitar 1.500 sumur tua dan sekitar 500-an sumur dikelola warga secara swadaya dengan cara tradisional.
Dari survei Distamben Muba tahun 2014 di daerah ini sumur minyak tua sebanyak 26 sumur.
Ada di wilayah Keluang, di Desa Rantau Kasih Lawang Wetan sebanyak 50 sumur, di Lubuk Bintialo 61 sumur, Desa Tampang Baru, Kecamatan Tungkal Jaya terdapat 34 sumur, di Sungai Angit terdapat 50 sumur dan di Keban ada 15 sumur. (*)