Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Sejumlah tempat telah bersiap menggelar pengamatan momentum gerhana matahari total, Rabu (9/3/2016).
Pengamatan gerhana matahari di Pontianak digelar sedikitnya di dua tempat.
Yakni di Masjid Raya Mujahidin di Jl Jend Ahmad Yani, dan Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer (BPAA) -Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Pontianak di Jl 28 Oktober.
Satu teleskop telah terpasang di teras atas, lantai empat masjid.
Selain pemantauan, di Masjid Raya Mujahidin juga dijadwalkan akan digelar salat gerhana (salat kusuf).
Dosen Fisika FKIP Untan, DR Leo Sutrisno mengungkapkan, pada tahun 1983 di Kalbar juga pernah ada sejumlah mitos saat terjadinya Gerhana Matahari.
Di antaranya, melihat bayangan gerhana di air yang ditempatkan dalam ember.
Bahkan, menurut kisahnya di sejumlah perkampungan juga ada warga yang memukul sejumlah benda, yang diharapkan dengan bunyi-bunyian tersebut, matahari yang ditelan dapat dimuntahkan raksasa atau naga.
"Mitos menurut saya, suatu catatan masa lalu oleh orangtua, bisa jadi peristiwa-peristiwa itu dampaknya memang terjadi di masyarakat," ungkapnya, Selasa (8/9/2016) malam.
Mungkin, lanjutdia, kebetulan pada saat itu, misalkan ada ibu hamil yang keguguruan. Hal itu bisa saja disebabkan karena suasana tiba-tiba gelap, lantas terkejut.
"Tapi karena belum bisa menjelaskan secara rasional, dibuatlah cerita-cerita itu untuk memudahkan menjelaskan saja," pungkasnya.
Dengan begitu, tak jarang warga melarang kaum ibu yang sedang mengandung untuk tidak keluar rumah. (*)