Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tangan Kiri Bengkok Bukan Halangan Raih Prestasi, Hafiz: Badminton Adalah Kehidupan

Hafiz Briliansyah, salah satu atlet beregu Para-Badminton ganda putra Indonesia yang berlaga di ajang Asian Para Games 2018

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Tangan Kiri Bengkok Bukan Halangan Raih Prestasi, Hafiz: Badminton Adalah Kehidupan
TRIBUNNEWS.COM/DANANG TRIATMOJO
Hafiz Briliansyah, salah satu atlet beregu Para-Badminton ganda putra Indonesia yang berlaga di ajang Asian Para Games 2018 

Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hafiz Briliansyah, salah satu atlet beregu Para-Badminton ganda putra Indonesia yang berlaga di ajang Asian Para Games 2018 menyebut Badminton adalah hidupnya.

Alasan mengapa dirinya jatuh cinta dengan olahraga tepuk shuttlecock itu tak lain karena seluruh hidupnya berasal dari badminton.

Mulai dari pekerjaan, sekolah, beasiswa yang ia dapat, hingga dirinya bisa menikah pada 2017 lalu itu semua karena badminton.

"Semua dari badminton, dari kerjaan, sekolah, beasiswa semua karena badminton. Ya bisa menikah dari badminton. Tahun 2017," ungkap Hafiz di Istora Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Sabtu (6/10/2018).

Pria kelahiran Bogor, Jawa Barat tahun 1991 itu sudah jatuh cinta dengan badminton sejak menduduki Sekolah Dasar (SD). Tepatnya saat kelas lima, Hafiz mengaku hobinya itu berawal dari orang tuanya yang rajin mengantarkan dia ke lapangan.

"Dari SD. Dulu dari kelas lima, kalau nggak salah dari belum bisa mukul, hobi dianterin orang tua terus ke lapangan," katanya.

Berita Rekomendasi

Dia pun menuturkan kemauannya terjun ke dunia badminton bukan atas paksaan orang tuanya pun pihak lain.

Keinginan itu datang dari panggilan hatinya yang memang terbiasa menghabiskan masa kecil dengan bermain badminton dirumah bersama teman sepermainan dan orang tuanya.

Kesukaannya pada badminton itu makin lama menjadi hobi yang dia jalani dengan kebanggaan.

Bahkan, sang ibu, kata Hafiz sejak mengandungnya dulu, begitu hobi menonton badminton baik lewat televisi maupun langsung dipinggir lapangan.

"Saya sendiri. Dulu hobi main di depan rumah, sering sama orang tua, sama temen. Ketika ibu sedang mengandung, memang ibu hobi nonton badminton. Ibu cerita dulu," terangnya.


Hafiz adalah seorang penyandang disabilitas dengan klasifikasi upper (bagian lengan) Dimana tangan kirinya alami gangguan pembengkokan.

Peristiwa itu terjadi ketika dia belum mengenal badminton, dia terjatuh dari pohon dan pagar sewaktu SD.

Akibat kejadian tersebut, orang tuanya sempat meminta Hafiz untuk memindahkan tangan terkuatnya ke sebelah kanan, tapi dia tetap bersikeras untuk menggunakan tangan kiri.

"Karena saya waktu kecil pernah juara pengen dipindahin ke kanan sama orang tua. Tapi saya keras tetep di kiri aja. Jadi yang dipakai main tetap yang ini," ujar Hafiz sembari menunjuk tangan kirinya.

Salah satu prestasi dan event tak terlupakan selama dia menekuni badminton yakni ketika perdana meraih medali emas di Asean Para Games 2017 Kuala Lumpur, Malaysia.

Selain itu, keikutsertaannya di Pekan Paralimpik Nasional (Papernas), dan Pekan Olahraga Nasional (PON) juga menjadi sebuah pencapaian membanggakan bagi dia pribadi.

"Kalau untuk di paragames di Peparnas, PON sama Kuala Lumpur, Malaysia. Kita perdana dapat emas di Asean para Games 2017," terang Hafiz.

Pria berusia 27 tahun itu menyebutkan, dia begitu mengidolakan rekan sesama cabor di timnas ganda putra Indonesia, Kevin Sanjaya/Marcus Gideon.

Kevin/Marcus menurut Hafiz memiliki kesamaan karakter dan kondisi tubuh yang sama posturnya dengan dia. Itu jadi salah satu alasan dia mengidolakan ganda putra nomor wahid Indonesia itu.

"Sekarang Kevin Gideon, the minions. Karena satu, kondisi tubuh sama dengan saya, pendek. Karakternya sama," ungkap Hafiz.

Baca: Curi Perhatian Saat Pembukaan Asian Para Games 2018, Satu-satunya Atlet Palestina Terharu

Tapi yang unik, meskipun tangan kirinya memiliki gangguan, bagian tersebut dijadikan sebagai tangan utama memegang raket, bahkan dia bisa meraih emas dengan tangan kirinya itu.

Setelah kejadian masa kecilnya itu, orang tua serta keluarga terdekat menjadi motivator sekaligus motivasi baginya bisa membuktikan kepada dunia bahwa dia tak berbeda.

Usai menikah, motivasi Hafiz lebih bertambah dengan dorongan dari sang istri yang senantiasa mendoakan juga mendukung apapun yang dirinya lakukan.

Harapannya setelah Asian Para Games berakhir, dia berharap bisa mendapatkan anugerah berupa seorang anak.

"Belum punya anak, mudah-mudahan abis Asian Para Games," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas