Zulfendri : Bakat, Pengalaman dan Kerja Keras
Seperti pengakuan Zulfendri, pedagang di Pusat Grosir Metro Tanah Abang. Di bulan Ramadhan rata-rata omzet bisnisnya meningkat 2x lipat.
Ramadhan adalah bulan penuh berkah yang seolah tak henti memberikan peluang bagi mereka yang mau bekerja keras. Tak terkecuali bagi para pedagang di Tanah Abang. Pasalnya, di bulan suci ini, geliat bisnis di pusat grosir terbesar di Asia Tenggara itu semakin terasa. Fenomena ini terjadi hampir setiap tahun.Bukan hanya karena berjubelnya pembeli yang berdampak pada peningkatan omzet pedagang, tapi juga perputaran uang, utamanya di bisnis tekstil dan produk tekstil menjadi lebih cepat bergulir.
Seperti pengakuan Zulfendri, pedagang grosir kaos di Pusat Grosir Metro Tanah Abang. Di bulan Ramadhan rata-rata omzet bisnisnya meningkat dua kali lipat jika dibandingkan dengan bulan-bulan biasa.“Omzet kami naik kurang lebih 40% seiring dengan lonjakan pengunjung yang mencari kebutuhan Ramadhan dan Lebaran,” ujarnya.
Sejak 1999 anak ke enam dari 8 bersaudara ini merantau dari tanah kelahirannya, Nagari Paninggahan, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Tekadnya adalah menjadi pedagang. “Saya orang Padang. Berdagang itu sudah mendarah daging. Apalagi sejak kecil di kampung saya biasa melihat bagaimana ayah ibu saya berjualan beras,’ kenang Zulfendri. Di Jakarta, ia magang di toko kakaknya di Pasar Tanah Abang Blok F.
Apa saja dijalaninya, demi mendapatkan ilmu berdagang yang kelak akan membuatnya mampu mandiri. Zulfendri pun ditugaskan di lapangan. Mulai dari memilih kaos yang akan dijual, memesan barang dagangan hingga pengiriman barang ke pelanggan. Semua pengalaman kerja yang digelutinya, terutama memilih kaos yang akan dijual, dirasakan sangat membantu perkembangan usahanya di kemudian hari. “Masyarakat kita cukup sensitif dengan tren. Selalu ingin mengikuti apa mode yang sedang in. Mulai 2003 – 2004 saya membantu kakak di lapangan, jadi setidaknya banyak tau tren pasar, kaos seperti apa yang akan laku dijual,” kisahnya.
Pada tahun 2007, setelah dirasakan cukup belajar, kakaknya memberikan bantuan modal sebesar Rp42 juta untuk memulai usahanya sendiri. Uang itu lantas digunakannya untuk menyewa kios di Pusat Grosir Metro Tanah Abang dengan harga saat itu Rp15 juta dan membeli barang dagangan berupa kaos.
Jatuh bangun dalam berdagang pun dialaminya. Pada tahun pertama, usaha dagangnya tidak berjalan lancar. Bisa dikatakan sangat minim pembeli yang datang ke tokonya. Tak putus asa, ayah dua putra itu memutar otak, banting stir berdagang jaket yang memang sedang tren saat itu. “Alhamdulillah, respon masyarakat cukup positif. Usaha saya lancar sehingga mampu menutup pembayaran sewa kios yang cukup mahal,” ucapnya penuh syukur. Tapi minimnya margin berdagang jaket membuat suami dari Rita Novika ini kembali melirik kaos, khususnya untuk pasar pria usia remaja hingga 35 tahunan. Untuk mengikuti tren, pria kelahiran 1984 itupun rajin berkeliling mall-mall untuk melihat mode kaos terbaru.
Belajar dari pengalaman dan tetap tekun bekerja, maka upayanya pun berbuah manis. Pada 2008 hingga 2009, toko kaos-nya yang berbendera Soundtrax mampu mengantongi omzet miliaran rupiah. Dalam upaya membesarkan Soundtrax, Zulfendri bersama tiga saudaranya kini tengah menyiapkan sebuah pabrik di Tangerang. “Kami mendapatkan bantuan modal usaha dari BCA untuk mendirikan pabrik kaos. Selama ini kami menyediakan bahan kaos lalu dijahit di Bandung dan Tangerang. Setelah jadi dikirimkan kembali ke Jakarta. Tapi di saat pasar sedang ramai seperti menjelang Lebaran, kami sering kerepotan memenuhi permintaan. Orang sedang butuh banyak barang, stok kami terbatas. Kami berharap sebelum akhir 2013 pabrik kami telah berproduksi sehingga potensi kerugian akibat kekurangan stok dapat diatasi,” harapnya.
Selain memperkuat produksi, Zulfendri berencana meningkatkan kualitas dan varian mode kaos yang dijualnya agar pasarnya semakin luas. Bahkan ia berencana mengeluarkan sebuah brand kaos baru menyasar pasar menengah atas dan membuka beberapa toko di lokasi lain di Jabodetabek.
Di usia relatif muda Zulfendri telah menikmati berkah dari kerja kerasnya. Kini ia memiliki dua toko. Satu toko khusus menjual kaos pria, dan satu lagi khusus fashion batik yang dibukanya bersama sang istri sejak 2008. Fashion batik yang dijualnya mulai harga antara Rp25.000 hingga Rp1 juta per potong.
Fluktuasi bisnis membuat Zulfendri semakin pandai berhitung. Oleh karenanya ia tak lupa menyisihkan sebagian penghasilannya dengan membuka rekening tabungan, Tahapan BCA. Untuk kelancaran usahanya Zulfendri juga membuka rekening Giro dan memasang EDC BCA di kedua tokonya. Dari bank BCA Zulfendri tak hanya mendapatkan modal usaha tapi juga solusi kebutuhan pribadi lainnya seperti KPR dan KKB. Bahkan ia juga mendapatkan solusi tambahan modal usaha melalui BCA Smartcash sebagai dana talangan dan solusi cepat untuk kelancaran usahanya. “Saya seringkali memakai kartu BCA Smartcash untuk jual beli pakaian dengan bunga yang rendah per bulannya, bahkan untuk mendapatkan dana cepat saat butuh modal dapat juga bisa,” ujarnya.
Bagi Zulfendri, sukses adalah perpaduan dari bakat, kerja keras dan pengalaman, serta yang tak kalah penting doa istri dan restu dari orangtuanya di kampung halaman.
BCA Senantiasa di Sisi Anda
(BERITA BCA)