Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Perajin Lebih Khawatirkan Bahan Baku

Kenaikan harga bahan baku merupakan hal paling dikhawatirkan oleh para perajin rajut

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Perajin Lebih Khawatirkan Bahan Baku
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Ilustrasi: Sejumlah pelajar yang sedang mengisi liburan di Kota Bandung berbelanja sepatu di salah satu toko di kawasan sentra sepatu Cibaduyut, Kota Bandung, Minggu (23/12/2012). 

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Kenaikan harga bahan baku merupakan hal paling dikhawatirkan oleh para perajin rajut di sentra rajut Binongjati, Kota Bandung, menyusul naiknya tarif dasar listrik (TDL) per 1 Januari 2013. Sebab dengan naiknya harga bahan baku, biaya produksi rajut  kian membengkak sementara perajin tidak bisa menaikkan harga jual rajutannya ke pelanggan.

Salah seorang perajin rajut, Suhaya Wondo mengatakan, kenaikan TDL sebenarnya tidak akan berpengaruh besar terhadap biaya produksi jika tidak dibarengi dengan kenaikan harga bahan baku, buruh rajut, dan lainnya. "Kalau TDL saja tidak besar, dan tidak semua perajin gunakan listrik dengan kapasitas 1.200 kwh ke atas," katanya saat dihubungi Tribun, Kamis (3/1/2012).

Justru, kata dia, yang memberatkan perajin adalah harga bahan baku seperti benang wol. Apalagi bahan baku untuk rajut diproduksi industri besar yang menggunakan tenaga listrik. Namun sejauh ini, harga bahan baku untuk rajut belum naik. Wondo pun berharap harga bahan tak naik.

Ditanya soal beban energi listrik untuk produksi rajut, Wondo mengatakan angkanya berkisar 5-10 persen. Jika TDL saja yang naik, beban energi listrik untuk produksi rajut paling banter naik menjadi 15 persen. "Tapi kalau harga yang lain naik, tentu kenaikannya akan tinggi," ujarnya.

Wondo mengaku, jika harga bahan baku dan upah buruh naik menyusul naiknya TDL, tentu marjin keuntungan yang diperoleh perajin rajut semakin tipis. Sebab, perajin sulit menjual hasil rajutan dengan harga menyesuaikan kenaikan TDL, bahan baku, dan upah buruh.

"Kami ini menjual produk ke grosir. Mereka menekan harga, sehingga kami tak punya pilihan. Makanya bagusnya kami ini menjual ritel, tapi ya itu tidak ada infrastruktur pendukung untuk ritel," kata Wondo.

Ketua Asosiasi Industri Rajut (AIR) Binongjati, Zamzam Hendarsah mengatakan, kenaikan TDL tentu akan berdampak pada kerajinan rajut di Binongjati. Namun sejauh ini, dampaknya belum terasa karena kenaikan TDL juga baru dimulai 1 Januari 2013.

Berita Rekomendasi

"Mungkin akan mulai terasa bulan depan, setelah kami bayar rekening listrik, upah buruh dan lain-lain," kata Zamzam, kemarin.

Zamzam mengatakan, dampak dari kenaikan TDL bukan saja pembayaran rekening listrik yang membengkak tapi juga harga bahan baku dan upah buruh ikut naik. Sebab berdasarkan pengalaman, kenaikan TDL selalu berdampak pada kenaikan harga yang lain. Bahkan, kata dia, harga sembako sudah merangkak memasuki tahun 2013 ini.

"Kami tidak mungkin menaikkan upah buruh. Kasihan mereka, harga kebutuhan naik masa upahnya tak ikut naik," kata Zamzam.

Di sentra rajut Binongjati ada sekitar 400 perajin. Setiap perajin rata-rata memproduksi 40 lusin rajutan per pekan. Semua dijual ke grosir yang sebagian besar berada di Jakarta. (Tribun Jabar/Ida Romlah)

Baca juga:


Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas