Kisah Sukses Pengusaha Kalimantan Bisnis Properti di Australia (4)
Chief Executive Officer Crown Group Iwan Sunito punya kegemaran menulis. Pengalaman unik dan konyol saat belajar bahasa Inggris dia tuliskan
Editor: Domu D. Ambarita
Pengalaman Unik dan Konyol Belajar Bahasa Inggris
CROWN Group tumbuh pesat, dan menjadi ternama dalam industri properti Sydney, Australia. Dalam kurun waktu 15 tahun, Crown Group telah mempunyai portfolio proyek senilai 2,8 miliar Dolar AS setara Rp 28 triliun.
Prestasi ini disebut harian The Australian "..sedang menjadi salah satu pengembang perumahan terbesar dengan pertumbuhan tercepat di Sydney." Saya berharap menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi khalayak, dan sekaligus membuktikan bahwa Indonesia bisa! Bukan hanya bisa bersaing tapi bisa menjadi 'benchmark" di pasar global!
Chief Executive Officer Crown Group Iwan Sunito punya kegemaran menulis. Saat bertemu dengan tim Tribun Network di Jakarta akhir pekan ketiga Februari silam, putra kelahiran Surabaya menunjukkan beberapa tulisan, berikut sistematikanya. Tulisan laki-laki yang dibesarkan di Pangkalan Bun, ibu kota Kabupaten Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah tersebut disajikan dengan cara bertutur.
HARAPAN saya, melalui pengalaman hidup saya banyak teman teman di manapun mereka berada akan mengalami terobosan dari kondisi yang 'zero' menjadi 'hero' di bidang apa pun.
Walaupun pengalaman hidup seseorang adalah sesuatu yang spesifik bagi setiap individu, prinsip dan fundamental yang dapat digunakan untuk mengubah hidup seseorang mempunyai sifat yang 'umum' dan dapat diterapkan oleh setiap orang dalam situasi yang berbeda.
Saya dilahirkan di tahun 1966 di Kota Surabaya dan dibesarkan selama 12 tahun di daerah terpencil Pangkalan Bun, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah. Setelah saya menamatkan SD di Pangkalan Bun, saya kemudian pindah dan meneruskan sekolah tingkat SMP dan SMA di kota Surabaya.
Di tahun 1984, sewaktu saya berumur 18 tahun saya hijrah ke Australia untuk mengambil pendidikan sekolah menengah atas (SMA 3) di Sydney.
Ini merupakan suatu tantangan yang besar bagi saya yang semasa SD, SMP dan SMA mempunyai prestasi nomor satu dari belakang. Semenjak SD, SMP dan SMA, saya selalu mengalami kesulitan untuk bisa mencapai prestasi yang baik.
Pada waktu itu saya berkata pada diri saya sendiri "Saya bosan dibilang orang bodoh dan saya mau melihat terobosan dari keterbatasan di masa lalu saya di negara yang baru".
Bersekolah di negara Australia yang mempunyai aksen bahasa Inggris lokal yang kental dan unik merupakan tantangan yang menarik dan sekaligus memberikan pengalaman yang lucu bagi saya.
Contohnya ucapan "How are you today?" Dengan aksen orang Australia akan terdengar seolah-olah berkata "How are you to dai (seperti berkata 'die'). Sehingga bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia akan menjadi "Bagaimana kamu mau mati?" Terlebih lagi perkataan-perkataan mereka yang tidak ada dalam kosakata umum seperti contohnya istilah-istilah keuangan.
Saya pernah mendengar cerita salah satu orang Indonesia yang pergi ke bank untuk mengambil uang tunai.
Sang karyawan bank lalu bertanya "How do you like the money?" Yang maksudnya adalah "Anda ingin uangnya dalam pecahan nominal berapa? $100 atau $50?"
Tetapi orang Indonesia itu berpikir pertanyaannya adalah "Kamu suka tidak dengan uang?" Dengan mantapnya orang Indonesia itu lalu berkata 'I like it very much". Sang karyawan bank sambil tertawa pun berkata "I like it very much too".
Contoh lainnya 'bunga bank' yang bahasa inggrisnya adalah 'Interest'. Saya mendengar cerita tentang satu orang Indonesia yang pergi ke bank untuk menanyakan tentang besarnya bunga bank.
Dengan beraninya orang Indonesia itu berkata kepada karyawan bank "How much is your flower?"
Karyawan bank tersebut pun menjadi bingung dan sambil tertawa ia berkata "we don't sell flower here.. ha ha ha. (tribunnews/domu d ambarita)