Operator Seluler Kembali Fokus Berbisnis Konten
Operator seluler siap kembali menggenjot bisnis Value Added Services (VAS) atau layanan konten premium.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Operator seluler siap kembali menggenjot bisnis Value Added Services (VAS) atau layanan konten premium. Maklum, setelah kejadian pencurian pulsa oleh content provider tahun 2011 lalu, bisnis VAS para operator langsung merosot tajam.
Content Product Manager Indosat Gatot Wibowo Hadiputro mengatakan, tahun 2012, bisnis VAS dibandingkan dengan tahun 2011 lalu sudah tumbuh 10%. Indosat optimistis, tahun ini, bisnis VAS Indosat bisa tumbuh sebesar 25%-30%.
Untuk itu, Indosat menyiapkan strategi, salah satunya membidik komunitas penggemar Indonesia Girl Group JKT 48. "Kami menargetkan layanan mobile content JKT 48 2 juta pelanggan pengguna layanan ini," ujar dia, Senin (8/4).Gatot yakin, target ini bisa tercapai. Sebab, jumlah fans yang tergabung ini besar, lebih dari 2 juta. Layanan mobile content JKT 48 adalah layanan dimana para penggemar JKT 48 bisa mendapatkan digital content seperti iRing, Games, SMS Diaries, foto, dan lagu anggota JKT 48.
Total pelanggan VAS Indosat hingga 2012 adalah 10% dari total pelanggan yang berjumlah 58,5 juta pelanggan. Adapun total target pelanggan VAS tahun ini 12 juta-15 juta.
Telkomsel menargetkan kontribusi VAS tahun ini menjadi 2,3% dari 1,6% tahun lalu. Untuk itu, Telkomsel akan memfokuskan pada kategori games, religi, olahraga, aplikasi WAP, informasi dan berita, ringtone, dan foto.
Telkomsel juga bekerja sama dengan para pemain over the top (OTT) seperti Facebook, Twitter, dan Skype. Dari pelbagai strategi ini, Telkomsel berharap industri konten bisa kembali pulih. "Dulu, revenue konten lebih besar dari broadband. Sekarang, pendapatan turun. Tapi, kami optimistis, tiap tahun bisa tumbuh 2 kali lipat," ucap Arief Praditya, Head of Device Bundling and Customization Telkomsel.
XL Axiata menargetkan pendapatan dari VAS tumbuh 2,5 kali lipat dari tahun lalu menjadi sekitar Rp 1 triliun, dari tahun lalu Rp 403 miliar. (Merlinda Riska)